Mohon tunggu...
Nur Rahayu
Nur Rahayu Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis lepas

COGITO ERGO SUM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Optimalisasi Kearifan Lokal dalam Pembangunan Wisata di Lamongan

20 Maret 2021   20:20 Diperbarui: 20 Maret 2021   20:26 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akeh wong sing mati ing pinggire pangan, filosofi jawa ini berarti banyak orang yang mati di sekitar makanan. Secara luas dapat pula dipahami sebagai filosofi jawa yang merepresentasikan banyaknya orang kelaparan di sekitar pangan, banyak pengangguran di sekitar lapangan pekerjaan, dan berbagai representasi lain. 

Hal ini menunjukkan adanya ketidak-seimbangan antara potensi dan daya manusia. Faktanya sumber daya alam atau kearifan lokal yang melimpah tidak menjamin kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya, apabila masih belum diimbangi dengan sumber daya manusia yang sadar potensi, kreatif, dan inovatif dalam pengembangan potensi yang ada.

Salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki banyak potensi wisata adalah Lamongan. Terdiri dari wilayah pesisir dan pegunungan menjadikan Lamongan sebagai salah satu kabupaten yang berpotensi besar untuk dijadikan tujuan wisata. Tujuan wisata atau tempat wisata yang paling terkenal di Lamongan antara lain ziarah di makam Sunan Drajat, Museum Islam, Gua Maharani, Wisata Bahari Lamongan (WBL), Tanjung Kodok, Waduk Gondang, Pantai Kutang, Makam Gunung Ratu, Babat Barage, Monumen tenggelamnya kapal Van Der Wijk, dan potensi lainnya yang belum dikembangkan.

Jika menganut penglasifikasian wisata kedalam wisata alam atau kebudayaan, maka dapat dilihat bahwa wisata alamlah yang mendominasi. Dari beberapa tempat wisata di Lamongan yang disebutkan di atas dapat diidentifikasi bahwa objek wisata yang mendominasi berupa objek wisata di wilyah pesisir (WBL, pantai kutang, tanjung kodok, makam Sunan Drajat).

Wilayah Pesisir di Lamongan adalah wilayah utara, sedangkan wilayah selatan berupa pegunungan. Dengan adanya dominasi wisata di wilayah pesisir, maka secara tidak langsung hal ini turut membantu kesejahteraan masyarakat Lamongan di wilayah pesisir. Selain scbagai petani dan nelayan, masyarakat pesisir Lamongan juga dapat meningkatkan perekonomian di sekitar twmpat wisata dengan berdagang barang ataupun jasa. Lalu bagaimana dengan masyarakat di wilayah Lamongan selatan yang wilayahnya pegunungan kapur?

Mata pencaharian masyarakat Lamongan selatan yang paling utama adalah bertani. Jagung, tembakau, semangka, blewah, timun mas, bayam merah, bawang merah, tebu, dan padi menjadi komoditas utama pertanian di Lamongan selatan. Perbedaan masyarakat di Lamongan selatan dan utara adalah keberadaan tempat wisata yang juga dapat menjadi lahan peningkatan perekonomian bagi masyarakat.

Jika dicermati lagi, maka Lamongan selatan memiliki potensi wisata kearifan lokal yang berupa hasil kebudayaan masyarakat lampau, yaitu banyaknya persebaran peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah yang dimaksudkan dapat berupa candi (bangunan kuno untuk tempat ibadah dan perabuan zaman kerajaan), prasasti (batu bertulis), bangunan kuno, dan makam. Salah satu peninggalan sejarah di Lamongan selatan yang sudah tercatat sebagai tempat wisata di Lamongan adalah Gunung Ratu. Situs Gunung Ratu menjadi satu-satunya tempat wisata di Lamongan selatan dirasa kurang, karena di Lamongan selatan banyak peninggalan sejarah yang juga berpotensi menjadi objek wisata.

Menetapkan suatu wilayah atau kearifan lokal sebagai obyek wisata bukan hanya meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya, tetapi juga sebagai bentuk upaya untuk melestarikan kearifan lokal tersebut, terlebih berupa peninggalan sejaran yang merupakan aset bangsa. Dari banyaknya persebaran peninggalan sejarah di lamongan selatan dapat diidentifikasi bahwa tidak semuanya dalam keadaan baik. Ada prasasti yang tulisannya aus, ada cungkup prasasti yang rusak, ada prasasti yang patah, candi yang minim perawatan dan ada situs yang belum pernah dipugar.

Jika 50 tahun lagi tulisan di prasasti sudah tidak dapat dibaca, maka sangatlah penting kiranya dilakukan pelestarian mulai sekarang. Mengapa harus dilestarikan? Karena menjaga dengan sekedar menancapkan papan peringatan dan larangan yang memuat undang-undang perlindungan cagar budaya tidaklah cukup. Perlu adanya desain inovasi yang kreatif sehingga kearifan lokal di Lamongan, khususnya Lamongan Selatan mampu dioptimalkan dan menjadi sarana pendidikan, pengetahuan, pengembangan perekonomian, pembuka lapangan pekerjaan, dan sebagai upaya melestarikan aset bangsa untuk generasi masa depan yang sadar budaya (NR).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun