Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pesan Tersirat dari Sebungkus Nasi Kuning Manado

10 Juni 2017   16:51 Diperbarui: 11 Juni 2017   05:17 3930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Kuning Manado (Dok Pri)

"Belum sah ke Manado kalau belum mencicip nasi kuning Manado" demikian canda seorang sahabat. Nasi kuning Manado, apa sih keunikannya?

Mendapati sebungkus nasi kuning Manado berhasil memukau saya sejak awal. Kemasan unik baik dari jenis daun maupun seni membungkusnya. "Daun nasi" demikian terang sahabat saat saya tanya nama daun pembungkusnya. Penelusuran lebih lanjut itulah daun woka atau busung Sulawesi dengan bentuk mirip daun lontar yang juga digunakan untuk membungkus dodol kenari khas Minahasa. Rasa penasaran akan daun woka sampai pada penamaan genus tanaman pembungkus nasi kuning Manado ini yaitu Livistona dengan pelepah yang menyangga daun pita menjari membulat.

Livistona satu keluarga dengan palma dan salah satu anggota keluarga yang sangat terkenal di Indonesia adalah kelapa alias nyiur. Manado dengan sebutan Bumi Nyiur Melambai memang sungguh kaya akan kelapa, sejak dari angkasa seputar gerbang Minahasa dari bandara Sam Ratulangi terlihat hamparan kelapa sejauh mata memandang.

Kembali pada keterpukauan saya pada daun pembungkus nasi kuning Manado ada pada produktivitas sang daun. Sebagai analogi, dari sepelepah daun pisang muda yang berwarna hijau kekuningan mampu membungkus berpuluh lemper atau nagasari ataupun papais di daerah Sunda. Sepelepah janur menguning, daun kelapa muda mampu membungkus sekian banyak ketupat. Sepelepah daun aren ataupun lontar muda mampu membungkus berpuluh penganan clorot khas Purworejo atau disebut dumbek khas Tuban. Lah dari satu pelepah daun woka mampu membungkus berapa bungkus nasi kuning Manado ya? Rasanya lebih sedikit dengan mempertimbangkan ukuran dan seni membungkus nasi kuning Manado maupun bentuk daun woka.

Permintaan akan daun woka tidak hanya untuk membungkus penganan nasi kuning Manado saja. Keelokan morfologi daun woka juga memikat para dekorator semisal dari Bali yang akrab dengan simbol daun kelapa muda (dan kerabatnya).  Melonjaknya permintaan daun woka untuk memenuhi pasokan ke pulau Dewata Bali untuk mendukung upacara keagamaan ikut meningkatkan perburuan daun woku dari hutan desa oleh masyarakat. Bahkan penduduk tidak segan untuk menebang batang busung Sulawesi untuk mendapatkan daunnya.

Keprihatinan akan menurunnya populasi pohon busung Sulawesi mengingat tidak sepadannya kecepatan pertumbuhan dengan penebangan, melahirkan aneka upaya edukasi dan kesepakatan yang mengarah kepada peraturan. Semisal lahirnya himbauan hingga pelarangan penebangan pohon woka dengan pengaturan diperbolehkan menjolok pelepah muda dengan bantuan galah dan sabit dengan memperhatikan siklus pembentukan daun mudanya. Upaya konservasi yang melibatkan dan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat lokal.

Kembali kepada sajian nasi kuning Manado, tak hanya pembungkusnya yang unik, namun asesoris alias uba rampe pelengkapnya juga khas. Umumnya tumis soun, telur ayam pun rasa pedas gurih dari ikan cakalang hasil kekayaan alam khas Minahasa. Perlahan saya membuka bungkus artistiknya, menyendok lalu mengunyah dan menyesap kelezatan kuliner bagian budaya Minahasa ini. Melibatkan daun pembungkus khas, ragam nasi kuning pemersatu yang bersifat universal ada dijumpai di hampir setiap wilayah dengan kekhasannya masing-masing dan asesoris bergizi suguhan alam Minahasa, membersitkan pesan tersirat dari setiap suapan nasi kuning Manado ini.

Pesan Tersirat dari Sebungkus Nasi Kuning Manado (Dok Pri)
Pesan Tersirat dari Sebungkus Nasi Kuning Manado (Dok Pri)
Ooh inikah pesan tersirat dari sebungkus nasi kuning Manado bagi setiap penyantapnya? Nasi kuning keemasan ungkapan syukur dengan rasa khas ikan cakalang potensi lokal. Daun woka pembungkusnya juga bagian dari potensi lokal elemen kesejahteraan masyarakat Minahasa. Sebungkus nasi kuning Manado membawa pesan tersirat kearifan lokal yang bersendikan pengetahuan lokal dalam pemanfaatan potensi lokal secara bijaksana memperhatikan upaya konservasi alam demi kesejahteraan bangsa. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun