Bukan hanya keunggulan narasi. Jejak nyata ada pada kehidupan keseharian. Tentunya diperlukan kebesaran hati menerima evaluasi. Tiada proses yang sempurna di semua lini. Setiap komponen berkiprah sesuai dengan dharmanya.
Lah simbok mana sanggup beropini. Setidaknya menjejakkan sejumput kisah mengikuti upacara bendera peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Menuliskan kenangan dari sisi kebun keseharian.
Kelana memori kenangan tak terlupakan
Berbekal popok bayi. Lah bagaimana ceritanya mengikuti upacara kenegaraan berbekal popok bayi. Yuup saat itu Mas Mbarep (anak sulung) baru berumur 5 bulan. Saat simboknya harus mengemban tugas kebun.
Ibu, eyangnya mas mbarep menawarkan solusi. Ritual dan tatacara tradisionalpun diterapkan. Membawa pompa ASI plus kompres dengan popok bayi.
Jangan dibayangkan sudah masanya pampers. Kala itu popok bayi dibuat sendiri dari kain tetra berwarna putih berbahan serat alami dengan daya serap tinggi. Bagian pinggir dirajut oleh Eyang maupun simboknya.
Mengapa popok bayi. Hehe tujuan psikologisnya adalah tetap dekat rasa dengan bayi. Secara fisik kompresan lembutnya menjaga aliran ASI. Jadilah popok bayi perlengkapan mengikuti upacara bendera di istana merdeka.
Tidur telungkup. Alamak, apa pula ini ritual simbok mengikuti upacara bendera? Nah saudara pembaca K, memenuhi undangan kenegaraan bermakna para simbok siap dengan busana berkain dan berkebaya.
Eits bukan berkain model jadi ala rok panjang berwiru depan ya. Kami mendapat kain jarik corak lereng seragam lembaran utuh. Satu setel dengan kebaya model kartinian biru bercorak bunga.
Lah terapkan pelajaran mewiru kain dari sesepuh. Memakainya model dibelit beberapa kali plus ikatan stagen panjang. Aha yang emak jadul pasti membaca sambil tersenyum.