Coba kita bertanya pada dedaunan. Daun Pegagan memberikan dirinya sebagai makanan, khasiat obat hingga perawatan kecantikan.
Kriuk kriuk mengunyah keripik pegagan, menarik tangan untuk mengetikkannya. Serendipitas, atau kedilalahan pada hal yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Jadilah ide tulisan yang spontan.
Simbok menawari mbak di rumah, ini keripik Pegagan alias Semangi. Eh si mbak bilang ini keripik Rendeng. Ooh aneka nama lokal tumbuhan Pegagan (Centella asiatica) ini. Peugaga (Aceh), Ampagaga (Batak), Antanan (Sunda), rendeng (Jawa), pagaga (Makassar), secara umum daun kaki kuda.
Mengingatkan masa kecil menemukan pegagan di pematang sawah pun daerah yang lembab. Kini dijumpai sebagai penguat tebing teras yang dibudidayakan untuk dipanen. Hingga tampil eksotik dalam pot pajangan.
Kembali ke kriuk keripik pegagan. Renyahnya sangat dipengaruhi oleh komposisi jladren adonan tepung pelapis daun. Juga teknik menggorengnya. Sebagai penikmat nyerah saja pada proses dan fokus pada hasil kriuk keripik pegagan.
Kemeriahan kriuk keripik pegagan membawa angan melayang, betapa ragam pemanfaatan pegagan. Nyam nyam sebagai tumbuhan yang dapat dimakan. Aneka fungsi khasiat berdasarkan kandungan fito kimianya. Menjadi tanaman hias cantik oleh ragam daunnya.
Pegagan sebagai bahan pangan
Sebagai bahan pangan (edible plant), Pegagan dapat dikonsumsi langsung. Semisal untuk lalapan atau tampil dalam campuran salad. Rebusan daun pegagan lazim sebagai komponen urap ataupun pecel. Atau dibuat keripik yang kriuk seperti dalam stoples di hadapan simbok.
Bagaimana nilai gizinya? Melongok dari publikasi pertanian berikut gambarannya. Memang bukan untuk mengenyangkan. Namun cukup variatif kandungannya. Sahabat pembaca dapat merujuk aneka sumber, tetap diperhatikan kredibilitas sumbernya ya.