Bunga atau kembang Kenanga (Cananga odorata) siapa tidak kenal? Hadir pada banyak acara tradisi. Memuat sejumlah kisah mitos tolak bala hingga kecantikan dan kesehatan.
Etnobotani merujuk pada studi yang berfokus pada kajian tentang hubungan antara kebudayaan atau etno, dengan botani atau tumbuhan. Tidak hanya menyoal dari ilmu murni semisal klasifikasi taksonomi, morfologi pun fisiologinya.
Menjadikannya menarik dinamis, meneropongnya dari penggunaan tumbuhan dalam proses perkembangan kebudayaan. Semisal etnobotani kenanga dapat disigi antar budaya lokal, terdapat simpul persamaan antar kelokalan yang bersifat universal.
Kembang kenanga dan mitos tolak bala
Kembang kenanga banyak digunakan pada aneka ritual tradisi, mulai peristiwa bahagia hingga nuansa duka. Menjadi elemen tradisi budaya yang bervariasi antar suku pun daerah.
Harum kembang kenanga mendatangkan sensasi yang berbeda antar kita, bahkan antar waktu dan tempat. Aroma lembut kenanga di halaman depan di pagi hari terasa menyegarkan. Sementara keharumannya dari pohon di pengkolan jalan sepi saat senja hari membuat sensasi merinding.
Penanaman perdu kenanga (Cananga odorata fruticose) di halaman depan dengan aneka maksud. Bagi beberapa orang sebagai langkah tolak bala. Kenanga, kena kena muga kena. Semacam ungkapan kalau ada maksud jahat ditangkal.
Setiap kelompok masyarakat menarasikan maksud jahat dengan cara berbeda. Dibalut nilai tradisi budaya yang berlaku. Mencakup ragam gangguan yang bervariasi umumnya tak kasatmata.
Mitos kenanga hidup bersama masyarakat dengan nilai budayanya. Penghayatan manusia atas lingkungan semestanya. Tidak harus ditentang namun dikontekstualisasi sesuai perkembangan budaya termasuk pengetahuan ilmiahnya.
Perspektif positifnya, kenanga maksud baik pun diterima dengan terbuka. Kehadiran perdu kenanga di pekarangan depan serasa simbol keterbukaan sang empunya rumah. Mengelola kecurigaan dengan kewaspadaan kearifan jiwa.