Generasi beberapa dekade lalu tentunya kenal lagu Singkong dan Keju. Ini penggalan liriknya. Aku suka singkong kau suka keju. Oh oh ... Â Aku ini hanya anak singkong. Demikian seru ratap Arie Wibowo, penyanyi dari Salatiga.
Industri olahan singkong penggerak ekonomi
Lirik tersebut menjelma menjadi kekuatan ekonomi. Salah satu Kawasan di Salatiga menjadi Kawasan sentra UMKM industri olahan singkong. Aneka merk dagang  menyemarakkan jajaran gerai. Kelurahan Ledok, Argomulyo sebagai produsen paling kuat, mencapai 8 ton/hari (Kompas.com).
Singkong bertransformasi. Bukan lagi makanan kelas sekian. Menyodok menjadi suguhan di resto, hotel berbintang. Oleh-oleh olahan singkong tidak lagi dipandang sebelah mata.
Ikut meramaikan bursa niaga di market place menyemarakkan penjualan secara on line. Melampaui jejak dijajakan secara langsung dari rumah ke rumah. Ditata dalam wadah sederhana menjadi kemasan memikat pembeli.
Nah kali ini sahabat pembaca Kompasiana mari berkunjung ke produsen olahan singkong. Bukan di daerah sentra namun dari kawasan penyangga. Yaska 57 di kampung Kalilondo, Desa Sidorejo Kidul, Tingkir.
Terpikat dari cerita kiprah sahabat kebun yang sekian warsa mendampingi perajin. Bermula dari produk olahan gemblong cotot. Yup gumpalan gethuk singkong berisi gula pasir kemudian digoreng.
Saat menyantapnya, hati-hati begitu digigit isian gula yang mencair bisa muncrat. Itulah si gemblong cotot. Kini tampilan makin kece, dibentuk mirip pastel. Tersedia dalam wujud frozen yang siap goreng. Cikal bakal gemblong cotot ini dilekatkan pada produsen.
Memasuki kampung Kalilondo dengan jalan yang asri. Rumah produksi olahan singkong ini mudah ditemukan. Lingkungan produksi yang nyaman menjadi bagian dari rezeki warga sekitar.
Pada kunjungan ini Simbok menemani adik yang sudah kontak dan memesan aneka produk untuk dibawa ke luar propinsi. Ditemui oleh teruna putra sang empunya gerai yang gesit melayani pembeli. Berderet daftar pemesan melalui proses kirim barang.