Lahan basah memegang peran penting menjaga kesehatan bumi. Mengetuk kesadaran kita bersama menjaganya dari kerusakan pun penciutan secara masif. Mari mengintip lahan basah dari Mangrove Trail Taman Nasional Baluran
Bumi satu adalah hunian bersama. Setiap komponen berperan serta menjaga keutuhannya. Lahan basah memiliki peran penting menjaga kesehatan pun kelestarian bumi. Menangkup peran ekologis pun ekonomi.
Bertanggung jawab pada perubahan iklim. Menyerap dan menyimpan karbon menjaga konsentrasinya di atmosfer pada ambang dapat ditolerir untuk kehidupan bersama. Menyekap simpanan air. Hingga memelihara kemelimpahan keragaman hayati.
Kenyataan terjadi penurunan mutu dan fungsi lahan basah. Penciutan terjadi oleh alih guna lahan untuk mencukupi kebutuhan manusia yang tiada pernah berhenti. Mengancam kelestarian ekosistem bumi rumah kita bersama.
Menjadi pijakan deklarasi bersama menggugah kesadaran menjaga ekosistem lahan basah. Setiap tanggal 2 Februari diperingati sebagai Hari Lahan Basah Sedunia. Tahun ini mengangkat tema Restorasi Lahan Basah, menyoal pemulihan fungsi.
Lahan basah atau wetland memiliki penciri kejenuhan air tanah yang tinggi. Akibat genangan baik bersifat permanen (menetap) maupun berkala musiman. Hamparan lahan gambut, lahan pasang surut, bantaran sungai, tepian rawa pasang surut juga ekosistem mangrove adalah variasi lahan basah.
Mengintip lahan basah dari Mangrove Trail Taman Nasional Baluran
Ekosistem mangrove bersifat unik. Kesatuan lahan pertemuan sifat daratan dan lautan dengan sifat payau. Ditempati oleh komunitas masyarakat tumbuhan khas mangrove yang memiliki toleransi kadar garam tinggi.
Ekosistem mangrove memiliki peran ekologis dan ekonomi yang tinggi. Menjaga pantai dari abrasi, pengisisan air laut. Menghambat intrusi penerobosan air laut ke aquifer daratan. Menjadi tempat tinggal biota payau dengan kenekaragaman hayati yang tinggi.
Apabila sahabat Kompasiana disapa tanya, ada bakau ada pula mangrove. Mangrove merujuk pada masyarakat tumbuhan yang tumbuh di daerah yang terkena pasang surut air laut. Sedangkan Bakau merujuk pada genus Rhizophora sp., salah satu spesies penyusun kawasan mangrove.
Kalau kita berkunjung ke Taman Nasional (TN) Baluran, akan menjumpai aneka ekosistem menarik. Dari hutan evergreen, padang sabana yang kerontang saat kemarau dengan suasana serasa Little Africa. Hingga ekosistem mangrove semisal di pantai Bama, ujung Timur TN Baluran.
Mangrove Trail, demikian sematan pada kawasan tersebut. Menikmati mangrove di sini serasa mengintip lahan basah. Hamparan tumbuhan mangrove seolah menjadi lubang kecil untuk mencoba mengintip keluasan karakter dan peran lahan basah menjaga bumi.
Ini kunjungan di bulan April 2018, mungkin kondisinya sedikit berubah dengan actual saat ini. Berawal di lokasi parkir Pantai Bama. Pengunjung diajak menikmati kawasan mangrove melalui lintasan yang tertata rapi. Perjalanan akan berujung di dermaga mangrove.
Senang sekali dengan pola tatanan ini. Pengunjung ala Simbok yang lebih menitikberatkan pada longokan bukan amatan rinci menikmati hamparan mangrove dengan nyaman melalui jalur aman nyaman. Habitat alami mangrove tidak dikutak-kutik oleh kreativitas pengunjung.
Memang sangat berbeda dengan kawasan Taman Wisata Alam Angke, ekowisata mangrove dengan teba luas dan interaktif. Melengkapi longokan hamparan mangrove di Pantau Utara Jawa, satu di Barat yang ini di ujung Timur.
Menapaki awal jalur mangrove trail, terpikat dengan hamparan akar yang memenuhi daratan. Akar yang biasanya tersembunyi dalam tanah terlihat berserakan. Yuup penciri tumbuhan kawasan mangrove dengan akar menonjol di atas lumpur.
Bukan hanya untuk bertahan hidup. Perakaran ini menjadi penopang kekuatan atas hempasan pasang surut air. Menjadi penyaring lumpur agar tidak semua terbawa ke laut. Juga menghadang abrasi pengikisan air laut yang menggerogoti pantai.
Meski mata awam Simbok merekam hampir keseragaman jenis tumbuhan di kawasan mangrove trail ini. Namun sejatinya tersimpan keanekaragaman jenis tumbuhan. Melongok ke dedahanan menjadi rumah aneka burung pantai. Menunduk ke perairan tersimpan aneka jenis biota payau.
Kesegaran sepanjang lintasan berpadu dengan cerecet suara satwa kecil mendongkrak suasana hati. Penyegaran melalui blusukan habitat mangrove ala pelintas sepintas. Penataan yang ramah pengunjung aneka lapis usia, cocok dikunjungi keluarga penyuka alam.
Andai ada penambahan papan nama pengenalan jenis tumbuhan menjadi komponen eduwisata yang berkesan. Indera dirancang dengan penjelasan dan mencocokkan amatan. Aktivasi aneka sensor belajar pada tubuh kita.
Anjungan kecil di ujung lintasan, inilah dermaga mangrove. Terbentang di hadapan kita luasnya Laut Utara Pulau Jawa. Menoleh ke kanan kiri, terentang hamparan mangrove laksana penjaga kawasan pantai.
Selintas mengintip lahan basah dari Mangrove Trail TN Baluran. Terima kasih kawasan mangrove, komponen lahan basah global. Laiknya ginjal menjaga tubuh, begitu pula lahan basah menjaga kesehatan bumi.
Selamat Hari Lahan Basah Sedunia (World Wetlands Day/ WWD) 2 Februari 2023. Semoga bukan hanya slogan namun bersama saling menghidupi. Salam bumi lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H