Musim kemarau dan penghujan silih berganti. Kesigapan mengantisipasinya menambah syukur menyambut setiap musim. Kemarau dan sumur di ladang salah satu model harmoni menyikapi musim.
Merespon prakiraan musim kemarau
Manusia adalah titah yang diperlengkapi dengan akal budi. Dimampukan untuk membaca bagian dari berbincang dengan alam. Mengamati, niteni pola berulang hingga memprediksi tanda alam.
Belajar musim melalui pengetahuan kearifan lokal pranata mangsa hingga digitalisasi prakiraan musim kemarau. Menyimak karya begawan arif bijak seturut perkembangan zaman. Menyambut musim bagian berkat kehidupan.
Sahabat pembaca Kompasiana pastinya sangat akrab dengan aplikasi cuaca pada gawai. Semisal kenikmatan wisata dilandasi responsif atas prakiraan cuaca. Busana dan olah citra foto seturut cuaca.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) institusi yang salah satu tugas pokoknya menyediakan informasi cuaca dan iklim bagi masyarakat. Semisal informasi prakiraan musim kemarau 2021. Tersedia untuk masing-masing wilayah regional.
Menarik menyimak prakiraan musim kemarau 2021 Jawa Tengah. Produksi dari BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang berupa videografis berdurasi 3:48 menit. Sajian grafis menarik dan informatif, begitupun narasi yang komunikatif ramah pengguna. Disebarkan oleh iklimjateng.info.
Diawali dengan prakiraan awal musim kemarau 2021 Jateng yang bervariasi antara April hingga Juli dengan dominasi Mei-Juni. Terlihat pola menarik, awal kemarau 2021 paling dini terlihat di Jawa Tengah sisi Timur Laut. Diikuti oleh daerah lain bergeser ke arah Barat.
Bila satu regional Jawa Tengah saja bervariasi, apalagi untuk kawasan Nusantara. Mari sahabat kita cermati informasi untuk wilayah kita masing-masing. Sayang kalau hasil karya ini belum kita maksimalkan dalam kehidupan keseharian.
Durasi periode kemarau 2021 Jawa Tengah bervariasi dari 7 hingga 21 dasarian. Satu dasarian artinya 10 hari. Ada daerah dengan masa kemarau yang singkat yaitu 70 hari (2,5 bulan). Wilayah lain mengalami masa kemarau panjang 210 hari atau 7 bulan.
Sajian videografis dilengkapi dengan imbauan BMKG untuk bijak merespon kemarau. Menyimpan air hujan saat peralihan musim. Waspada kemarau yang rentan dengan kebakaran hutan. Informasi prakiraan yang mendasari antisipasi musim kemarau.
Bersesantikan iklim untuk kehidupan. Informasi yang disampaikan menjadi dasar pijakan tindak masing-masing pengguna. Semisal bidang produksi pertanian secara luas. Perakitan kalender tanam, upaya antisipasi penyediaan air dll.
Berdasarkan prakiraan panjang musim kemarau, wilayah Boyolali, Sragen, Grobogan mengalami musim kemarau lumayan panjang. Periode 14-19 dasarian atau 3,5 hingga 6 bulanan. Bagaimana masyarakat menyikapinya.
Sebagai simbok kebun teropong amatan sangatlah sempit. Sejak bertahun lalu kagum dengan sebaran sumur di tengah ladang. Wujud sumur bertransformasi seiring zaman.
Oleh-oleh dari blusukan ke Desa Semawung di Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali. Bentang wilayah yang mengandalkan pasokan air dari kemurahan hujan alias tadah hujan. Lingkungan dengan pola adaptasi musim kemarau.Â
Wilayah agraris dengan sumber kehidupan bertumpu pada kegiatan bertani. Tanaman sangat membutuhkan air. Tidak semua daerah mudah mendapat sarana air dari saluran irigasi.
Petani akrab berbincang dengan alam. Membaca tanda ibu bumi dan bapa angkasa. Memadu kebutuhan dengan ketersediaan. Berdamai dengan karakter lahan dan iklim.
Pesan angkasa ditangkap, pencurahan hujan dalam masa singkat diikuti musim kemarau yang cukup panjang. Lahir budaya bagaimana menyimpan air langsung di ladang. Memanen air hujan untuk pengairan di musim kemarau.
Petani menyiasatinya dengan pembangunan sumur di ladang sebagai penampungan air hujan juga air tanah. Langkah antisipasi dan memanfaatkannya untuk menyiram tanaman di musim kemarau.
Tebaran sumur dengan perigi bibir berupa buis gorong-gorong beton berdiameter dan kedalaman tertentu. Sumur dengan tingkat keamanan yang baik dan tampilan rapi praktis. Beberapa lahan memiliki sumur pompa sehingga tidak mengurangi areal tanam.
Wujud sumur ini sangat berbeda dengan era sebelumnya. Perigi berupa anyaman bambu yang umur gunanya lebih singkat. Apalagi galian sumur tanpa batas pengaman. Hanya tersedia tali dan timba.
Sumur di ladang. Mengingatkan pada peribahasa. Bila ada sumur di ladang. Boleh kita menumpang mandi. Bila ada umurku panjang. Boleh kita berjumpa lagi.
Pepatah yang tersusun indah. Penataan guru lagu alias kesamaan bunyi pada akhir kata. Memuat harapan dan doa dikemas lirik apik. Ternyata pepatah tersebut mengedepankan hasil amatan di alam, bagian dari alam takambang jadikan guru.
Sumur di ladang bukan hanya peribahasa penguat harapan dan doa. Namun juga wujud syukur manusia menyambut berkat hujan. Menyikapi musim kemarau dengan upaya bijak.
Semakin menyadari bahwa sumur di ladang adalah bagian dari teknologi tepat guna. Kemarau dan sumur di ladang. Dibangun dari pengetahuan dan kearifan lokal pendukung kedaulatan pangan bangsa. Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H