Sungguh ini bukan kiat click bait. Bersendikan pepatah "kekudhung walulang macan", bertudung kulit macan. Mari mengulik dan membalik untuk mengungkit kekuatan potensial ini.
Peribahasa kekudhung walulang macan, bertudung kulit macan. Disematkan kepada seseorang yang berlindung atau mengandalkan kekuatan ataupun pengaruh nama besar orang lain. Sering dikonotasikan dengan aura negatif atau tidak fair.
Pada umumnya lingkungan teman kerja langsung merespon setengah jengkel. Duh belagu amat tuh anak bawang bertudung kulit macan. Kulit dari macan jenis manakah yang dikenakannya, seberapa ampuh auman dan cakarnya?
Mari kita balikkan makna, justru untuk mewujudnyatakan kekuatan yang belum terlihat. Loh adakah anak bawang dalam dunia pekerjaan yang bertudung kulit macan? Selalu ada dan merupa dalam aneka wujud. Tidak selalu harus dinilai negatif.
Setidaknya ada dua (2) kulit macan yang digunakan sebagai tudung. Pertama, asal lembaga pendidikan, almamater alias padhepokan tempat beliau menimba ilmu. Lulusan baru alias fresh graduate dari lembaga ternama. Termasuk sekalian atribut penyertanya.
Masih ingat kan heboh cuitan calon staf baru yang menyeru, ah masa sih lulusan padhepokan kawentar digaji sekian gepok? Ada ekspektasi bahwa almamater sebagai penjamin penghargaan penggajian.
Kedua, secara mudah umum menyebut beliau titipan atau bawaan orang kuat. Apapun skala kekuatannya entah dari direksi, orang partai hingga Lurah Karangjengkol. Terselip harapan tuah orang kuat dibaliknya mewujud dalam penerimaan staf baru.
Aura macan dari tudung kulit yang dikenakan. Tentunya masih ada rupa macan lain yang tersampir pada beberapa insan yang baru masuk ke dunia pekerjaan. Namanya juga usaha, tidak salah kan bila dilakukan dan menjadi kunci pintu masuk dunia kerja.
Bertudung kulit macan menjadi anak macan