Kompasiana yang baik, kembali simbok kebun menitipkan catatan harian (diary) kehidupan ya. Kali ini tentang Gendhuk Limbuk menyambut artikel ke 234, dji sam soe, menurutnya. Lah ini kisah Gendhuk Limbuk dan Ibu Siem Tjiang Nio di Cagar Budaya House of Sampoerna, Surabaya.
Cagar Budaya House of Sampoerna
Membekukan kenangan kunjungan lama. Memasuki bangunan megah berpekarangan luas, berpenanda House of Sampoerna. Gendhuk Limbuk menata langkah seraya mengingat pesan Mbah Cangik untuk mengoptimalkan indera pembelajaran.
"Panggil saya Ibu Siem Tjiang Nio, perkenalkan ini suami saya, Liem Seeng Tee."
"Hari ini Gendhuk Limbuk menjadi tamu keluarga kami, saya akan mendampingimu biar kita bisa bicara antar perempuan."
"Untuk catatan museum dan sejarah, bukankah banyak sahabatmu yang telah meramunya dengan piawai?"
Bangunan bergaya kolonial (1862) yang menjadi milik Liem Seeng Tee pada tahun 1932 ini laksana visualisasi proses dan kejayaan dari biografi mereka. Menjadi museum House of Sampoerna. Dji sam soe, 234 komponen penyusun 9 simbol kesempurnaan.
Ibu Siem Tjiang Nio menggandeng tangan Limbuk menuju almari koleksi kebaya beliau. Binar bahagia melumuri sinar mata seorang ibu saat menunjukkan dokumentasi keluarga di ruang tengah. Perusahaan keluarga yang berkembang menjadi perusahaan raksasa dengan pimpinan antar generasi hingga kini menjadi bagian perusahaan multi nasional di tangan PT Philip Moris Indonesia.