Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyimak Budaya "Uwur-Tutur-Sembur" di Kompasiana

6 Januari 2021   16:13 Diperbarui: 7 Januari 2021   15:02 3794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kosakata uwur tutur sembur biasanya dilekatkan pada hakekat orang tua. Bukan masalah tua dalam hal bilangan umur namun juga pengalaman, kesempatan berkiprah dan estafet nilai kebijaksanaan. Apakah terjadi aksi saling tindak antara menjadi tua dan budaya uwur tutur sembur?

Budaya uwur tutur sembur laiknya benih yang bertumbuh. Akan tumbuh subur pada lingkungan yang tepat dan pemeliharaan yang runtut. Sehingga mampu menabrak pakem umur. Tidak jarang seseorang masih muda usia namun pekat menguarkan aura uwur tutur sembur.

Kompasiana sebagai blog keroyokan bersama tak ubahnya dengan ladang persemaian benih budaya uwur tutur sembur. Budaya yang dari susunan kata terlihat beraroma Jawa. Namun sungguh ini bukan masalah kedaerahan.Esensinya merebak pada kehidupan secara umum terlepas dari sekat kedaerahan. 

Mari simak bersama narasi budaya uwur-tutur-sembur yang bertumbuh di Kompasiana.

Budaya "Uwur-Tutur-Sembur" di Kompasiana

Uwur berkenaan dengan tindakan menabur memberi bekal. Genggaman tangan membuka ke bawah, menebarkan isi kepada lingkungan di sekitar. Persyaratan dasarnya adalah genggaman yang berisi, bersedia membuka dan hukum alam gravitasi akan menebarkan ke bawah. Dorongan angin akan memperluas sebaran dengan radius yang lebih lebar.

Lalu apakah isi dari genggaman yang ditebar? Secara umum dimaknai sebagai harta benda. Sebagai pribadi yang dituakan dan menerima aneka kelebihan, alam mengajak untuk berbagi. Uwur atau kepyur kepada sesama. Kehidupan dinamis mengajarkan tidak harus menunggu menua atau berlebih untuk uwur. Bukan hanya harta benda yang diuwurkan.

Pengetahuan, ketrampilan, informasi maupun sukacita juga menjadi bagian dari budaya uwur. Kompasiana mewadahi aneka ragam wujud budaya uwur. Selaku pembaca, hati dan pikiran kita menerima aneka taburan makna dari tulisan yang kita nikmati.

Tutur lekat dengan kata-kata ataupun nasihat. Sesepuh mengatakan seandainya tidak mampu uwur ya setidaknya tutur. Secara sederhana tutur berkenaan dengan sajian lisan yang diucapkan juga verbal tulisan.

Tutur lisan maupun tertulis yang menebar rasa damai, bukan menyulut bibit perpecahan. Tutur yang mengandung alternatif pemecahan masalah. Tutur yang solutif meminjam istilah Bu Tedjo dari film Tilik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun