Blusukan di Kompasiana, rasa hati simbok kebun seolah berada di kebun talun. Kebun dengan keberagaman jenis tumbuhan yang secara arif merawat harmoni. Kompasiana laiknya komunitas berlatih merajut kebhinekaan. Menghidupi semangat Sumpah Pemuda sesuai dengan zamannya.
Perbedaan antara berkat dan ancaman
Julukan kebanggaan kita adalah Nusantara. Pernyataan wilayah kepulauan dengan beribu pulau. Setiap ruang fisik membentuk ekosistem maupun sistem sosial yang berbeda. Bahkan pada suatu hamparan nusa memuat aneka perbedaan.
Berbeda menjadi karakter yang hakiki antar individu maupun komunitas. Perbedaan tidak untuk diracik menjadi persamaan. Antar perbedaan dapat dirajut bentang jembatan untuk mendapatkan pemahaman saling menghargai.
Narasi positif menyatakan perbedaan itu berkah. Keragaman itu hakikat. Menghasilkan energi saling terhubung untuk saling melengkapi dan menyempurnakan.
Bhineka Tunggal Ika. Siapa tak kenal. ....Bhineka Tunggal Ika...ikrar kita bersama..... Bagaimana menghidupinya secara nyata?
Betapa sering kita berujar, "Ah sayang ya dia bukan dari golongan kita, tidak sama dengan kita"
Terjadi pemilahan. Fakta perbedaan sebagai sifat hakiki yang melekat pada individu maupun kelompok bergeser makna. Â Bibit disintegrasi muncul dari ketidaksiapan menerima perbedaan.
Perbedaan berpotensi berubah arah menjadi ancaman. Keragaman suku, kepercayaan, ras terpumpun dalam SARA begitu mudah menjadi pemantik friksi. Issue SARA menjadi momok yang menghantui persatuan.
Kembali meminjam istilah kebun, begitu mudah meneriakkan jangan ubah karakter ekosistem campuran menjadi monokultur. Biarkan keanekaragaman merawat keselamatan ekosistem bumi. Namun saat yang sama, kita menggunakan perbedaan untuk penolakan.
Belajar merajut kebhinekaan menghidupi spirit Sumpah Pemuda di Kompasiana