Menyimak pujian dengan lirik menarik. Kacang mangsa ninggala lanjaran, yeku kang aran saloka. Lanjaran mono dadya rambatan, si kacang mrono mrambatnya.Â
Werdinya pemimpin lan wong tuwa, den samnya asung tuladha. Lamun pemimpin angumbar napsu, wong tuwa tindaknya kliru, samnya nguja karsane pribadi, rakyat ngrasa dicontoni.
Terjemahan bebasnya, Tak elok kacang meninggalkan ajir (tiang rambat), itulah peribahasa. Ajir menjadi tiang rambat, tempat kacang merambatkan diri.
Maknanya, pemimpin dan orang tua hendaklah menjadi teladan. Kalau pemimpin mengumbar nafsu, orang tua bertindak keliru, masing-masing mengutamakan kehendak diri, rakyat merasa mendapat contoh.
Peribahasa nan sederhana. Sekilas ini kisah tentang kacang panjang yang hidup merambat di ajir. Namun juga menjadi media pembelajaran. Mari belajar dari alam.
Namun rasanya tetap relevan untuk kondisi kini. Keutamaan keteladanan oleh orang tua dan pemimpin. Tak cukup memberi contoh, namun perlu menjadi contoh keteladanan.
Kacang Mangsa Ninggala Lanjaran
Tumbuhan kacang panjang (Vigna sinensis) secara alami tumbuh merambat. Kalau dibiarkan apa adanya akan menjalar kemana-mana. Saat memasuki fase berbunga lanjut berbuah, sebagian bunga dan buah kurang optimal pertumbuhannya.
Kelembaban tanah menyebabkan sebagian bunga gugur. Buah tidak dapat tumbuh lurus memanjang. Bahkan beberapa buah akan membusuk. Panenan dan mutu panen tidak maksimal.
Manusia dikaruniai akal budi. Menyiasati tanamannya agar tampil maksimal. Dipasangkanlah ajir atau tiang rambatan umumnya dari bambu, agar tanaman menghasilkan panenan yang baik.
Pernyataan Kacang Mangsa Ninggala Lanjaran, adalah pernyataan kemustahilan. Sudah menjadi hakekatnya kacang merambat di lanjaran agar maksimal.
Ini bukan artikel bertanam kacang panjang, namun kita dapat belajar dari peribahasa ini.