Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kearifan Lokal dalam Gendar Pecel Cikru Mlanding

30 Juli 2019   22:13 Diperbarui: 1 Agustus 2019   04:01 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan adalah representasi budaya setempat. Menyantap makanan lokal dari suatu daerah, menyesap nilai budaya yang mekar. Budaya yang merangkum pengetahuan lokal meramunya menjadi kearifan akan sumber daya alam.

Menikmati sepincuk gendar pecel saat mampir di tepian waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, sungguh nikmat. Ngobrol ringan dengan penjualnya, menghidu uap air dari waduk menambah rasa sedap. Dari mulut turun ke perut, dari pandangan mata menghadirkan kehangatan kenangan masa kecil.

Sepincuk gendar pecel yang terdiri dari beberapa potongan gendar. Berbahan baku beras dan proses memasaknya ditambahkan 'bleng' atau cethithet untuk tekstur kenyal. Masih dibubuhkan sejumput mie goreng.

Aneka sayuran dari bayam, kacang panjang, irisan kol, kecambah kacang hijau disiram dengan sambal pecel. Nah pembedanya, terlihat jenis kecambah yang lain yaitu kecambah dari biji lamtoro atau petai cina. Penduduk setempat menyebutnya cikru mlanding. Lain dari pecel yang dijual di kota masing-masing.

Untuk lauknya mari tambahkan sepotong bacem gembus. Gembus yang diproses dari ampas tahu. Bumbu bacem manisnya meresap ke dalam gembus. Menambah kriyuk mari santap keripik tempe hangat yang baru diangkat dari penggorengan. Ini tempe yang khas, yaitu tempe koro benguk.

Bonus dari rasa kenyang menyantap sepincuk gendar pecel cikru mlanding adalah menguarnya rasa kepo. Menyisir kenangan pengetahuan lokal dasar kearifan lokal penduduk setempat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Biji mlanding juga koro benguk adalah sediaan alam pemenuh pangan lokal.

Kecambah Biji mlanding
Tumbuhan mlanding (bhs Jawa) lazim disebut petai cita atau lamtoro (Leucaena glauca) termasuk perdu dari golongan polong-polongan. Ditanam sebagai pagar hidup untuk pakan ternak. Juga menjadi peneduh di perkebunan kopi dan cokelat. Menjadi perambat untuk tanaman panili.

Buahnya berbentuk polong pipih memanjang, bersekat di antara biji. Buah mudanya sering untuk campuran rujak. Setiap buahnya memiliki 15-30 biji mirip petai dengan ukuran mini. Biji mudanya sering dimasak sayur bothok.

Biji tuanya untuk sarana reproduksi menjadi tanaman baru. Penduduk lokal juga memanfaatkannya menjadi tempe mlanding. Bila berkunjung ke daerah Wonogiri silakan dicoba 'jangan lombok' tempe mlanding. Sebagian lagi menjualnya dalam bentuk kecambah yaitu cikru mlanding. Biji cukup direndam kemudian dibiarkan hingga berkecambah.

Lamtoro yang tumbuh di daerah, menyediakan diri menjadi pakan ternak. Kayunya untuk bahan bakar, energi yang terbarukan. Buah dan bijinya secara kreatif diolah menjadi pangan. Penerapan teknologi sederhana dari perkecambahan hingga peragian dengan mikroba menjadi tempe. Penerapan bioteknologi konvensional dikenal oleh penduduk lokal.

Berdasarkan nilai nutrisinya, biji mlanding kaya dengan protein, 10,6 g per 100g bahan. Cikru mlanding atau kecambah mlanding memiliki nilai gizi yang tidak kalah dengan kecambah sayur di perkotaan. Semisal kecambah kacang hijau maupun kedelai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun