5. Ada model lain, pemuda mendampingi orang tua yang berjalan santai. Sesekali yang lebih muda melaju ke depan kemudian berbalik arah dan kembali merendengi perjalanan bersama. Tim ini terlihat menikmati proses. Masing-masing melaju sesuai dengan kapasitasnya.
6. Pun kelompok kecil adiyuswa yang terlihat jelas melalui identitas rikma ngembang jambu alias mahkota memutih ubanan yang melangkah bersama sambil ngobrol. Mensyukuri setiap langkah. Memberikan ruang karya cipta kepada generasi trengginas.
Mendaras dalam hati, kami pernah berada di jalur cepat dengan restu dan dukungan generasi pendahulu. Kini kami percayakan lintasan karya kepada kalian. Juang kami usai, medan kini  tugas kalian.
7. Bukankah menjaga diri dan saling menjaga melalui rasa tepa selira menjadi sarana kebersamaan yang nyaman. Yap setiap kita sedang memasuki lintasan, lintasan yang menjadi milik bersama, tiada pemilik lintasan tunggal. Mangga, mari silakan memilih jalur lintasan yang keberapa, mari nikmati perjalanan atau malah berlari di lintasan bagian kita. Selalu tersedia aneka pengalaman kebahagiaan di setiap lintasan kita.
8. Akhirnya, saat kita minggir dari lintasan, mari minggir tanpa rasa tersingkir. Darma belum usai, hanya berganti peran. Seraya berdendang, Jika Hari Rembang Petang (Karya: Subagio Sastrowardojo)
Jika hari rembang petang
tidak berarti permainan bakal selesai
dan boleh tinggalkan gelanggang
hanya peranan bertukar
dari pemain di dalam
menjadi penonton di luar
Salatiga, 22.00, 22 Januari 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H