Green Hospital RS Dr. Kariadi
Rumah sakit sebagai lembaga pelayanan kesehatan masyarakat senantiasa mengalami perubahan paradigma. Tak cukup dengan lengkapnya peralatan, terintegrasinya pelayanan medis termasuk layanan on-linetuntutan kekinian hingga isue lingkungan menjadi perhatian penting. Pengguna dan pelanggan rumah sakit sangat pintar mempertimbangkan elemen layanan rumah sakit yang menjadi bahan pemilihan keputusan tempat berobat. Salah satu yang mengemuka adalah green hospital.
Secara wadag, kompleks rumah sakit ibarat tatanan wilayah kecil. Ada bangunan pelayanan, ada bangunan hunian, layanan fasilitas umum semisal parkir maupun kafetaria. Sebagai kawasan juga mengikuti kaidah kawasan terhalang/bebas hujan maupun kawasan yang seyogyanya menjadi bagian resapan dari air hujan. Sehingga mulai ditata maksimum sekian persen luas lahan boleh berupa tutupan bangunan.
Pun dalam konsep penyembuhan secara holistik, selain upaya medis, suasana hati dan interaksi pasien dengan lingkungan alam menjadi komponen proses. Sirkulasi udara, keindahan taman menjadi bagian penting dalam manajemen rumah sakit. Bahkan beberapa rumah sakit menerapkan kegiatan garden healing dikawasan taman terbuka.
Salah satu rumah sakit yang sedang menggalakkan implementasi green hospital adalah Rumah Sakit Umum Pusat Rumah Sakit Dr. Kariadi (RSUP RSDK) Semarang. Rumah sakit dengan kombinasi bangunan bersejarah sejak zaman penjajahan Belanda hingga bangunan modern dengan kontur persis di kaki tanjakan daerah Candi Semarang atas ini memiliki lansekap yang apik. Kesan hijau dengan kerimbunan tumbuhan berukuran besar berumur cukup tua dikombinasikan dengan tanaman baru mengindikasikan implementasi green hospital di RS ini. Sungguh ini bukan suara eh tulisan dari penilai green hospital, sekedar penyuka suasana hijau termasuk di kawasan RS saja.
Asam Jawa Flora Identitas Kota Semarang di RS Dr. Kariadi
Perhatian saya tersedot pada elemen tanaman asam jawa di seputar lansekap taman di RS Kariadi. Asam Jawa (Tamarindus indica) satu-satunya anggota marga Tamarindus dari suku Fabaceae (Leguminosae). Tanaman yang tak asing di kawasan Asia Tenggara, disebut kalamagi (Tagalog, Filipina), makham (Thailand) maupun trai me (Vietnam). Buah tua yang telah masak dan dikeringkan biasa kami sebut asam kawak untuk bumbu maupun minuman penyegar dengan aneka manfaat.
Tumbuhan Asam Jawa (Tamarindus indica) ini menjadi flora identitas Kota Semarang. Setiap daerah tingkat dua memiliki flora dan fauna identitasnya sendiri-sendiri. Hal ini diturunkan dari Keputusan Presiden Indonesia No 4/1993 tentang Bunga Nasional, dengan ditetapkannya Bunga Melati sebagai Puspa Bangsa, Bunga anggrek bulan sebagai Puspa Pesona dan bunga padma raksasa sebagai Puspa Langka. Pada tataran daerah tingkat satu, Surat Keputusan Menteri dalam Negeri No 48 tahun 1989 mengatur Pedoman Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah. Semisal untuk provinsi Jawa Tengah sebagai flora identitas adalah Tumbuhan kantil (Michelia alba).
Nah kembali kepada tumbuhan asam Jawa sebagai flora identitas Kota Semarang, sungguh menarik untuk dipelajari dan dilestarikan. Konon asal nama kota Semarang juga berasal dari asem yang arang-arang. Tumbuhan asam Jawa dengan populasi yang agak jarang ditanam dalam jarak tanam yang jarang. Asem kang arang...lalu menjadi Semarang yang kawentar hingga kini.