Mohon tunggu...
Nozayla Vilzaa
Nozayla Vilzaa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dampak Terhadap Kebiasaan Cabut: Analisi Penyebab, Pengaruh, dan Penanganan

4 Februari 2025   04:57 Diperbarui: 4 Februari 2025   04:57 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Cabut sama artinya dengan bolos, yaitu tindakan meninggalkan sekolah atau tidak mengikuti pembelajaran tanpa izin dan atau tanpa alasan yang sah. Hal ini biasanya terjadi karena kurangnya minat siswa terhadap pelajaran atau lingkungan sekolah yang tidak nyaman.

Pengaruh teman sebaya juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya bolos. Selain itu, faktor keluarga, seperti kurangnya perhatian dari orang tua atau masalah di rumah, juga dapat memicu perilaku ini.

Cabut biasanya dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada situasi dan aturan di sekolah. Salah satu cara yang umum dikalangan pelajar adalah dengan meninggalkan kelas secara diam-diam saat jam pelajaran berlangsung, misalnya dengan berpura-pura pergi ke toilet atau meminta izin keluar kelas, lalu tidak kembali.

Ada juga siswa yang memilih untuk tidak masuk kelas sejak pagi, dengan alasan sakit atau keperluan mendadak. Padahal mereka sebenarnya pergi ke tempat lain untuk bersenang-senang. Beberapa siswa bahkan bekerja sama dengan teman untuk menutupi ketidakhadiran mereka, seperti meminta teman mengisi daftar hadir atau memberi alasan palsu kepada guru.

Selain yang di atas, ada juga cara lain yang lebih terencana, seperti mencari celah di pagar sekolah atau memanfaatkan jam istirahat panjang untuk keluar tanpa izin. Beberapa siswa juga menunggu momen ketika pengawasan guru longgar, seperti saat pergantian jam pelajaran atau ketika ada kegiatan di luar kelas.

Siswa yang cabut biasanya sudah merencanakannya dan sudah menentukan waktu yang tepat, seperti saat jam pelajaran yang dianggap membosankan atau ketika guru kurang ketat dalam mengawasi. Beberapa siswa memilih untuk masuk dan mengikuti pembelajaran selama beberapa menit di dalam kelas terlebih dahulu agar tidak dicurigai. Kemudian, mereka bisa mencari alasan untuk keluar kelas, misalnya dengan berpura-pura sakit, meminta izin ke toilet, atau menunggu kesempatan saat guru lengah.

Setelah berhasil keluar dari kelas, siswa yang cabut biasanya pergi ke tempat yang sudah direncanakan sebelumnya, seperti pekarangan sekolah yang sepi, kantin, mushalla sekolah, dan bahkan mereka mengajak teman tetangga kelasnya untuk diajak bolos. Mereka menghabiskan waktu dengan bermain, bersantai, mengobrol, atau melakukan aktivitas lain yang lebih menarik dibandingkan berada di kelas.

Sanksi bagi siswa yang ketahuan cabut bervariasi tergantung pada kebijakan guru masing-masing. Biasanya, hukuman dimulai dari teguran lisan oleh guru yang mengajar sebagai peringatan pertama. Jika siswa mengulangi perbuatannya, mereka dapat dipanggil ke ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk diberikan nasihat dan arahan mengenai dampak negatif dari tindakan tersebut. Dalam beberapa kasus, siswa yang sering bolos juga diwajibkan membuat surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya.

Jika cabut sekolah dilakukan berulang kali dan dianggap sebagai pelanggaran berat, sanksi yang diberikan bisa lebih tegas, seperti pemanggilan orang tua, skorsing--larangan sementara untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah, atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Juga ada sistem poin pelanggaran, di mana siswa yang sering membolos akan menerima konsekuensi akademik, seperti penurunan nilai kedisiplinan atau tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan tertentu.

Cabut dapat memberikan pengaruh negatif terhadap karakter siswa, terutama dalam hal kedisiplinan dan tanggung jawab yang dapat mempengaruhi masa depan mereka. Siswa yang sering bolos cenderung memiliki sikap kurang menghargai aturan serta menghindari tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban mereka di sekolah.

Kebiasaan ini membuat mereka malas berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang benar dalam menghadapi tantangan. Selain itu, kurangnya motivasi belajar juga dapat terbentuk, yang berakibat pada penurunan prestasi akademik dan menurunnya etos kerja dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun