Jika ditanya apa masjid favorit saya? Tentu saya akan jawab Masjidil Haram  yang ada di Mekkah dan Masjid Nabawi yang ada di Madinah. Keduanya adalah masjid terluas di dunia, sampai suatu senja saya pernah hampir tersesat di Masjidil Haram karena saking luasnya. Namun, dalam artikel ini saya tidak membahas kedua masjid tersebut meski pernah saya datangi pada umroh 2019. Karena hampir semua umat muslim pasti sangat rindu dan ingin kesana. Maka dari itu untuk mengobati kerinduan dan keinginan tersebut, saya ingin memperkenalkan Masjid Agung Jawa Tengah yang merupakan miniature dari dua masjid suci ini. Lalu apa alasan saya MAJT menjadi masjid favorit saya setelah dua masjid suci diatas dan Masjidil Aqso yang belum pernah saya datangi? Berikut beberapa alasannya :
Â
Masjid Termegah di Propinsi Jawa Tengah
Masjid yang dibangun mulai tahun 2001 dan diresmikan oleh Presiden SBY yang menjabat kala itu, merupakan masjid terluas dan termegah. Berdiri kokoh diatas tanah seluas 14 hektar, membuat MAJT menjadi masjid terbesar di Propinsi Jawa Tengah. Â Kemegahan MAJT dibuktikan dengan ubin yang terbuat dari marmer ditambah dengan menara yang setinggi 99 meter dari permukaan tanah dengan 19 lantai.
Selain itu, menara yang dikenal dengan nama Menara Asmaul Husna ini pada bagian puncaknya terdapat tempat yang berfungsi untuk melihat hilal sekaligus teropong bintang bagi manajemen maupun wisatawan. Satu lantai dibawahnya terdapat restoran yang bisa berputar 360 derajat pada waktu-waktu tertentu. Dengan kata lain pengunjung restoran menara Asmaul Husna ini bisa menikmati pemandang kota semarang dari ketinggian 99 meter secara 360 derajat. Menarik, kan...
MAJT lebih akrab disebut dengan replika masjid Nabawi adalah karena payungnya yang bentuknya mirip dan besar. Â Payung di masjid Nabawi dikembangkan hampir setiap hari menjelang waktu Dzuhur atau hujan dan ditangkupkan setelah Ashar. Sedangkan payung di MAJT biasanya akan terkembang saat solat Ied baik Iedul Adha atau Iedul Fitri. Â Atau mungkin solat-solat lain yang bila jamaah nya membludak tapi sepertinya jarang diluar dua solat sunah tersebut. Payung inilah yang mebuat orang terasa bernostalgia ke Masjid Nabawi tiap kali melihat payung tersebut terkembang.
Inilah alasan kenapa disebut favorit, karena setiap saya di rumah semarang saya selalu menyempatkan untuk kesini baik solat atau jogging pagi. Jarak tempuh bila menggunakan kendaraan bermotor hanya sekitar 10 menit, kalau sepeda mungkin antara 20-30 menit dari rumah saya. Sejak masjid ini belum diresmikan, saya sudah sering mengunjunginya sejak sekolah dulu terutama pada hari minggu. Pada hari minggu pagi di depan MAJT sering dijadikan pasar kaget sama halnya Sunday Morning di UGM Jogja atau Car Free Day di berbagai kota lain.
Fungsi utama masjid tentu saja untuk beribadah terutama sholat. Nah, di MAJT ini fungsinya ditambah seperti yang telah saya sebutkan yaitu adanya restoran dan tempat melihat hilal di menara dan pasar kaget tiap minggu pagi. Tapi ternyata bukan itu saja, di area ini juga dilengkapi dengan kompleks pertokoan oleh-oleh haji dan umroh serta pengobatan alternatif tibun nabawi. Tibun Nabawi ini adalah pengobatan sunah Rosulullah seperti berbekam, ruqyah, bahkan ada akupuntur dan aquapuntur. Tarif yang dipatokpun tidak mahal, bahkan bisa saya sebut murah. Tak jarang saya suka menyempatkan diri berbekam di salah satu ruko ini