Hari ini saya menulis artikel mengenai pengelolaan sampah dalam blog pribadi saya. Dalam mengumpulkan data mengenai sampah tersebut, saya menemukan fakta yang cukup disayangkan. Bahwasannya sampah terbanyak yang dibuang oleh masyarakat Indonesia adalah sampah dari sisa makanan.Â
Indonesia menempati urutan kedua negara yang suka buang makanan setelah Arab Saudi. Menurut Kepala Perwakilan Badan Pangan PBB (FAO), sampah makanan di Indonesia mencapai 13 juta ton setiap tahun. Sampah ini paling banyak berasal dari retail, katering, dan restoran akibat penyediaan makanan yang berlebihan.
Fakta yang lebih mengejutkan berasal dari data BPS, ternyata jika dikelola dengan baik, sisa makanan 13 juta ton tadi bisa untuk dinimati 28 juta orang, lho.. Jumlah hampir sama dengan orang miskin di Indonesia. Hmm...
Fakta lain yang tidak kalah penting adalah kita membuang sampah makanan lebih banyak ternyata pada bulan ramadhan. Tempat yang paling banyak membuangnya adalah Jakarta.Â
Kira-kira kenapa ya? Ya.. Bisa ditebak. Karena pas siang hawanya kelaparan, sedangkan perut kita kapasitasnya terbatas.Â
Makanan yang telah kita koleksi sejak siang hari tidak cukup waktu dihabiskan saat setelah magrib. Sepertinya berpuasa merefleksikan kepada kita agar tidak menjadi orang serakah, sudah cape-cape ngumpulin harta, eh.. malah ga punya waktu menghabiskannya keburu meninggal dunia.
Selain memubazirkan 13 juta ton makanan dalam setahun yang bisa buat ngasih makan orang sebanyak 28 juta jiwa. Ternyata masih tekor secara rupiah yaitu sebanyak 27 triliun!Â
Sebab, jikalaupun 13 juta ton makanan tadi tidak bisa dimakan oleh manusia, dengan pengelolaan sampah yang baik, bisa jadi makanan hewan ternak. Karena selama ini, Indonesia mesti impor pakan ternak dari luar negeri. Bukankah ini namanya pemborosan double mubadzir?
Kemudian saya berpikir: apa mungkin sepinya hotel, catering, restoran saat ini adalah karma karena mereka biasa memubazirkan makanan? Ya, memang sih.. secara kasat mata karena corona, jadi orang pada males ke mana-mana. Tapi tidak ada salahnya menjadi momen introspeksi agar tidak membuang makanan sebanyak itu lagi. Melainkan disalurkan kepada panti asuhan atau dzuafa yang membutuhkan.
Dengan ditulisnya artikel ini, semoga membuka mata para pemilik resto, hotel, dan catering agar lebih bijaksana dalam membuang makanan. Jika masih layak makan, sebisa mungkin salurkan kepada yang membutuhkan.Â