Mohon tunggu...
novy khayra
novy khayra Mohon Tunggu... Penulis - Aspire to inspire

Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A, SCL - Pegawai Negeri Sipil - Master Universitas Gadjah Mada - Penulis Buku -SDG Certified Leader

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fakta Sila Kedua, Apakah Kurang Rasa Kemanusiaan?

27 Maret 2020   19:05 Diperbarui: 27 Maret 2020   19:10 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berhubung saya tidak kuliah jurusan ekonomi tapi saya berusaha memahami. CMIIW. Apa benar PDB perkapita sama dengan pendapatan rata2 per kepala? Jika benar demikian, sungguh ironis negeri ini. Di saat pendapatan rata2 masyarakat Indonesia 59 juta/ bulan, tapi disaat seperti ini ada yang tidak bisa makan karena menggantungkan nafkahnya dari pendapatan harian. Suatu alasan berat pemerintah untuk mengkarantina suatu kota karena takut ada yg mati kelaparan. Padahal kalo dibiarkan akan lebih banyak yang mati ketularan. Yang pendapatannya diatas rata-rata perkapita mana aksinya? 

Negara-negara lebih maju dari Indonesia telah melakukan lockdown atau karantina dan tahu cara mengatasinya. Diantara berbagai negara tersebut yang paling Saya salutkan adalah Turki yang mengetuk setiap pintu rumah untuk dibagikan kebutuhan pokok paling tidak sekali antar untuk kebutuhan seminggu. Hal yang menarik dari Turki menurut saya adalah kedermawanan rakyatnya. Tidak harus musim corona seperti ini, di hari biasapun ada box atau kulkas atau kedai yang menyediakan makanan gratis untuk gelandangan dan pengemis. 

Sebenarnya Indonesia punya budaya seperti ini, tapi kurang dilestarikan dan ditulis dalam sejarah. Saat Indonesia merdeka, dulu Bung Karno pernah mengajak warga Aceh untuk mendonasikan harta untuk menyukseskan Kemerdekaan RI. Pada saat itu wanita2 Aceh langsung melepaskan perhiasan2 emas dibalik jilbabnya untuk didonasikan ke pemerintah. 

Tidak terkecuali Jogjakarta, kemurahan hati Sultan Hamengkubuwono IX entah berupa harta atau kelapangan hati untuk bergabung dengan RI adalah bukti rasa kemanusiaan yang tinggi. Kedua propinsi ini adalah propinsi kaya pada masa itu yang bisa mendirikan negara sendiri tapi lebih memilih bergabung dengan NKRI. 

Sebagai warga negara yang mengaku pancasilais, kita tidak harus selalu bergantung pada Pemerintah apa lagi kalo mampu. Saya prihatin membaca berita ketika ada usul agar pejabat menyisihkan gajinya untuk membantu corona, tapi malah bilang "tenang, pemerintah masih mampu". Iya, emang mampu sih.. Tapi apa tidak bisa kita pancasilanya ditunjukkan alias dipraktekkan yg kemarin digembar-gemborkan merasa paling pancasila? 

Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, saya rasa masih jauh dari implementasi secara keseluruhan. Walau saya akui sebagian telah menunjukkannya dengan berbagai penggalangam dana dan donasinya baik diam-diam maupun terang-terangan. Namun masih sebagian kecil saja. 

Alangkah baiknya kita ubah budaya, dari budaya pamer barang menjadi membantu atas dasar Kemanusiaan. Terutama untuk yang suka paper tas hermes, mobil sport, naik jet pribadi, dan outfit Mahal itu pasti pendapatannya diatas PDB. 

Maka dari itu mereka2 ini seharusnya yang harus diberdayakan untuk membantu mereka2 yg tidak bisa makan karena bertumpu pada pendapatan harian. 

Sila ketiga yaitu persatuan Indonesia terwujud karena sila sebelum nya yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketidakseimbangan sila akan terjadi chaos seperti tahun 1998. Adanya kecemburuan sosial akan memicu anarki, jangan sampai hal itu terjadi (lagi) . 

Negeri itu ibarat kapal pesiar besar, kita contohkan Titanic yang hampir kebanyakan sudah pernah menonton filmnya. Orang kaya mungkin tinggal di puncak menara dengan tiket VIPnya. Orang miskin tinggal di lambung kapal yang pertama kali tenggelam saat kapal bocor. Namun, apakah orang kaya pasti selamat? Tentu tidak! Karena mereka menumpangi kapal yang sama. Ketenggelaman hanya masalah waktu saja. Itu sebabnya, sebelum terjadi hal yang lebih buruk perlunya saling menolong. Menolong orang lain sama halnya menolong diri sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun