Di sebuah airmata tumbuh hujan yang menutup senja,
Berkubik-kubik petir menjadi suara radio yang menghangatkan ruang,
Tempat seorang resi menyesap kegelapan seperti membakar hio
Berdoa agar hujan tidak mengubah wajah tuanya menjadi sekeping koin
Dimana ia menggambar burung kondor untuk seorang cucu
Ah, koin-koin itu terkumpul di samping kehampaan yang mengawalnya
Berjalan seperti lipan ke sebuah makam
Seorang cucu mengembik padaku, kemana hio tua dibawa
Bukankah ia percaya bahwa jasadnya milik api semata
Diamlah, nanti malam ia akan kembali menemanimu memainkan lakon burung kondor
Tanah basah itu mengusap kaki kami, memberi cium seakan kami adalah anak-cucu
Dari mereka yang ditinggal asap hio, dari mereka yang kehilangan api
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H