kujinakkan sepiku dalam secangkir masalalu yang mengepul di aurat senja seperti awan, seperti percakapan yang tenggalam sambil melambai seperti anak-anak menemukan hujan di sebuah piring yang mirip purnama kami bercakap seperti saudara kembar mengandaikan rahim airmata melahirkan sesuatu yang disebut bahagia lalu, kau sepi, meributkan betapa awam mereka yang salah sangka kusesap sepiku seperti kopi ada airmata yang melegam bersama angin menepuk punggungku “kemana saja kau mengembara, kami merindu caramu menatap kerumunan manusia dan mengitung jumlah sepi yang dipanggul sejumlah tawa.” aku tak kemana, aku tak bertuju kau saja yang mengitar di sejumlah hati milik mereka yang pura-pura aku bahagia pada mereka yang salah sangka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H