Mohon tunggu...
Taufikul
Taufikul Mohon Tunggu... Editor - www.receh.in

blogger www.receh.in

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Emak, Hidup Kami Sebatas Jangkauan Ari-ari

13 Januari 2011   09:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:38 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ruang rumah bersegi, pigura menampilkan malam
meja dari jati tua menghidangkan secangkir pekat
emak duduk di atas kesedihan yang menambal sulam
bapak jadi benang yang mengikat
mata emak melamun padaku, "jikalau kami sewaktu-waktu pergi, kamana kau akan menjadi?"

bulan mengetuk jendela, wajahnya serupa kumis saja, silap
bapak membuka kemeja, menyilakan emak mengukir kaligrafi dengan koin tua
"mau gambar apa pak? malam atau kolam?"
bapak terpejam, "gambarkan aku ladang dan sapi, biar kuwariskan pada Savitri."
"tapi ia putri semata wayang, yang hanya sanggup merias tampang, tak bisa mengubah tanah menjadi padi."

kala mereka ditimang-timang mimpi, aku mengungsi bersama bulan yang seperti laki-laki
Savitri itu bukan putri, teriakku pada kegelapan
ia adalah perlawanan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun