Pentingnya parenting menurut Hoghughi (1998) diimplikasikan sebagai variabel tunggal masa tumbuh kembang anak, meliputi kesehatan, prestasi, kejahatan remaja, dan kesuksesan.Â
Untungnya, di zaman serba canggih saat ini informasi mengenai ilmu parenting mudah didapatkan. Konten kreator edukasi banyak berseliweran di jagat media sosial. Â Oleh karena itu, nampaknya Gen Z bisa dengan mudah belajar parenting sedari dini.Â
Motivasinya pun beragam. Banyak Gen Z yang memang merasa belajar parenting karena kebetulan lewat timeline mereka, ada yang belajar untuk memutus rantai pola asuh yang mereka terima, atau bahkan belajar untuk memperbaiki diri.
Gaya Pola Asuh oleh Gen Z
Gaya parenting Gen Z diprediksi akan lebih terbuka, terutama dalam persoalan sosial. Mereka akan menekankan isu toleransi terhadap sesama karena arus informasi dan perbedaan lebih mudah ditemukan di media sosial. Sebut saja budaya luar, LGBTQ+, hingga kepercayaan.Â
Selain itu, meleknya generasi ini terhadap isu kesehatan mental nampaknya akan diturunkan kepada anak-anak mereka. Gen Z sadar untuk tidak melakukan perlakuan yang dinilai kurang meng-enak-an bagi kesehatan mental, seperti yang mereka dapat dari generasi sebelumnya. Tentu saja hal tersebut banyak saya amati dari kolom komentar sebuah konten mengenai parenting.Â
Menjadi Gen Z merupakan suatu keuntungan, dengan arus informasi dan kemudahan untuk mendapatkannya, memudahkan generasi ini belajar apapun di luar sana. Persoalannya, akankah Gen Z mengaplikasikan ilmunya kelak? Seperti keinginan kebanyakan mereka untuk menjadi sosok orang tua yang lebih baik.Â
Sumber :
Hoghughi M. 1998. The importance of parenting in child health. BMJ. 316(7144): 1545–1550.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H