Mohon tunggu...
Rizaldinov
Rizaldinov Mohon Tunggu... Lainnya - Novrizaldi

Pengangguran paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mimpiku Terbentur Stigmamu

9 Januari 2021   18:10 Diperbarui: 9 Januari 2021   18:38 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gapai mimpi (sc: shutterstock)

Mimpi adalah kunci

Untuk kita menaklukkan dunia

Berlarilah tanpa lelah

Sampai engkau meraihnya..

Yap, bait-bait tersebut merupakan lirik dari lagu Laskar Pelangi dibawakan oleh grup band Nidji sekaligus menjadi soundtrack film  dengan judul yang sama karya dari novelis kenamaan Andrea Hirata. Oke, di sini tidak akan membahas panjang lebar tentang laskar pelangi.

Secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mimpi adalah sesuatu yang dialami saat tidur; angan-angan atau cita-cita. Mimpi adalah hal manusiawi yang pasti dimiliki atau pernah dialami oleh setiap manusia. Tua, muda, laki-laki, ataupun perempuan pasti memilikinya. 

Terlebih untuk muda-mudi pasti memiliki mimpi yang pastinya menggebu-gebu untuk dipenuhi. Anak-anak memiliki segudang mimpi yang beraneka macam, ada yang ingin menjadi astronot, polisi, pilot, dokter, guru, bahkan pahlawan super. Setelah beranjak remaja pelan tapi pasti mereka mulai menyadari mimpinya akan terwujud apabila mereka berusaha. Salah satunya dengan belajar dan terus sekolah. 

Nasib baik di Indonesia saat ini pendidikan cukup terjamin dengan adanya jaminan wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan pemerintah dan cukup banyak beasiswa untuk golongan tidak mampu. Semua golongan muda-mudi memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpinya bersekolah.

Kenyataannya tidak semanis itu. Bagi muda-mudi di bangsa ini seringkali harus terbentur dengan fakta sosial yang ada di lingkup mereka. Apalagi untuk pemudi alias remaja perempuan cukup berat untuk mewujudkan mimpi di tengah masyarakat yang sangat kental dengan konstruk patriarkhal.

Salah satu instansi terkecil yang paling melingkupi dan melekat adalah keluarga. Meskipun tidak semua, terkadang keluarga memiliki andil yang sangat besar dalam menjatuhkan stigma-stigma yang mencecar perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun