Mohon tunggu...
Novridha Zahra
Novridha Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa

hallo everyone👋🏼💗 i’m a student of the elementary school teacher education program at UPI Cibiru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Pencegahan Bullying di Sekolah Dasar

13 Desember 2023   12:59 Diperbarui: 25 Desember 2024   22:20 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Melihat perkembangan saat ini, tindak kejahatan sudah marak terjadi di Indonesia termasuk di lingkungan pendidikan seperti adanya bullying. Tindak bullying merupakan bentuk eksploitasi yang mengarah kepada seseorang yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan kepuasan tertentu. Bentuk kejahatan bullying bisa terjadi secara verbal, fisik, maupun cyber bullying. Secara verbal, bentuk kejahatan nya berupa lisan seperti menghina, mempermalukan, serta mengejek nasib maupun keadaan seseorang. Secara fisik, bentuk kekerasan nya dilakukan dengan cara memukul atau menyakiti secara langsung yang menimbulkan rasa sakit bahkan kecacatan pada seseorang. Sedangkan cyber bullying terjadi karena adanya pengaruh dari berkembangnya era digital yang sering kita temukan di media sosial berupa memberi komentar dengan kata kata kasar maupun pelecehan di forum seseorang. Kejahatan bullying saat ini telah merajalela di lingkungan pendidikan seperti pada tingkat SD, SMP, SMA bahkan di tingkat lingkungan pendidikan lainnya.

 Menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), mengungkapkan hasil data bullying yang terjadi di lingkungan pendidikan mulai dari bulan Januari hingga bulan Juli 2023 terdapat sebesar 25% di jenjang pendidikan SD, 25% di jenjang SMP, di jenjang SMA dan SMK berkisar di angka 18,75%, di MTs 6,2% dan di Pondok Pesantren sebanyak 6,25 %. Kekerasan bullying antar siswa semakin marak terjadi di lingkungan pendidikan, hal itu bisa terjadi di lingkungan siswa dikarenakan adanya rasa emosional yang masih labil yang mengakibatkan timbul rasa amarah, benci, bahkan melakukan tindak kekerasan. Bentuk sikap pada siswa yang terjadi di lingkungan SD cukup bersifat agresif bahkan menyimpang, namun sayangnya masih banyak yang menganggap bahwa hal hal tersebut dikatakan wajar. 

Tanpa kita sadari, bahwa perilaku menyimpang atau kekerasan dapat menyebabkan hal yang fatal seperti kecacatan. Tak hanya mendapatkan luka secara fisik, siswa yang menjadi korban pembullyan akan mendapatkan luka secara psikologis atau luka dalam yang berkaitan dengan mental. Tapi sebaliknya, pelaku yang melakukan pembullyan akan mendapatkan kepuasan tersendiri karena ia akan merasa punya kuasa di hadapan teman sebayanya. 

Banyak orang bertanya, mengapa di lingkungan pendidikan khusunya di jenjang SD banyak ditemukan kasus pembullyan? Yang pada dasarnya SD merupakan jenjang awal untuk memberikan pengetahuan dasar yang mendidik keterampilan sikap bagi anak. Terdapat bermacam faktor yang dapat memicu terjadinya bullying di lingkungan sekolah dasar yaitu keluarga, sekolah, kelompok bermain, dan media sosial. Faktor yang pertama yaitu keluarga, meskipun dinilai sebagai lingkungan terdekat keluarga memiliki pengaruh yang bisa menjadikan anak melakukan hal menyimpang atau melakukan pembullyan. 

Adanya sikap orang tua yang tidak stabil mengontrol emosi dan sikapnya seperti memberikan hukuman yang berlebihan kepada anak, memberi hinaan dan cacian, dan bertengkar didepan anak. Karena hal tersebut, anak akan mudah mengamati dan meniru perlakuan orang tua nya yang dilakukan di sekolah. Faktor kedua yaitu sekolah, tempat yang pada dasarnya memberikan pengetahuan serta moral yang akan ditanamkan kepada siswa justru dapat berbanding balik dengan adanya kasus bullying yang sering terjadi. Kurangnya empati pihak sekolah dan rendahnya  bimbingan dan pengawasan guru pada siswa menjadikan perilaku bullying yang akhirnya dipandang sebelah mata. Akibatnya, siswa yang melakukan perilaku bullying merasa aman dan akan terus mengulangi perbuatan jahat tersebut. Faktor ketiga yaitu kelompok bermain, meskipun tak semua kelompok atau genk bermain membawa pengaruh buruk, namun perilaku bullying terjadi karena adanya dorongan atau permintaan dari kelompok tersebut untuk memenuhi keinginan dan memberi pembuktian bahwa ia akan terlihat keren meskipun mereka sendiri tidak nyaman melakukan hal tersebut. Faktor yang terakhir yaitu media sosial, pesatnya perkembangan teknologi saat ini memang membawa dampak positif bagi kita jika menggunakannya dengan bijak.

 Dengan adanya media sosial, kita akan lebih mudah mendapatkan informasi. Namun disamping itu, dengan adanya media sosial anak SD yang kurang diawasi oleh orang tua nya akan dengan mudah meniru apa yang ia lihat di media sosial seperti adanya tayangan perkelahian dan kekerasan. Terkait faktor faktor pengaruh bullying yang telah dipaparkan diatas, maka diperlukan strategi dalam mencegah perilaku bullying di sekolah dasar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu internal dan eksternal. 

Pada faktor internal, diperlukan adanya pengawasan guru kepada siswa terutama pada jam istirahat yang memungkinkan perilaku bullying terjadi. Bagi guru, dengan memberikan layanan bimbingan berupa tayangan yang dilakukan secara rutin di sela sela kegiatan akademik siswa diharapkan dapat membawa pengaruh positif dan membuka pemikiran siswa bahwa bullying itu merupakan tindak kejahatan yang tidak boleh dilakukan, memberikan rasa nyaman dan aman saat berada di dalam kelas seperti membuka diskusi dan saling bercerita. Bagi pihak sekolah hal yang memang seharusnya diadakan di sekolah untuk mengatasi permasalahan ini yang pertama, dengan membuat sanksi yang tegas untuk mendapatkan efek jerasa kepada siswa yang melakukan tindakan bullying  dan memberikan layanan sosialisasi anti bullying kepada siswa untuk memberikan pengarahan. 

Yang kedua, cepat tanggap dalam menangani masalah bullying, meskipun tidak semua sekolah cuek atau terkesan tidak peduli namun masih banyak di temui pihak sekolah atau oknum tertentu yang menutup nutupi masalah bullying padahal, masalah tersebut sudah mengarah pada fisik korban yang cukup parah hingga mengalami kecacatan. Akibatnya, siswa sebagai korban pembullyan tidak mendapati pertanggungjawaban serta keadilan yang semestinya. Begitupun pelaku pembullyan akan merasa bebas dan aman karena perilakunya telah ditutup tutupi.

 Dalam faktor eksternal, keluarga sebagai lingkungan terdekat mempunyai peranan penting bagi anak dalam mencegah tindakan bullying di lingkungan sekolah. Dengan  meningkatkan pola asuh, komunikasi, serta pendekatan dapat menjadi solusi untuk sang anak menjadi terbuka. Orang tua sebagai pengarah serta pembimbing anak di rumah, memang seharusnya dapat mencontohkan hal baik seperti tidak men judge anak saat ia berbuat salah, namun orang tua harus memberikan solusi dan memberikan empati pada anak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun