Mohon tunggu...
Novrialdi budi Putra
Novrialdi budi Putra Mohon Tunggu... Relawan - Independet Consultant

Lahir sebagai anak daerah Kalimantan saya cukup concern pada Pemberdayaan Masyarakat, Kepenulisan dalam opini kebijakan publik, serta pengembangan kepemudaan. Kepenulisan saya akan menggunakan pendekatan multidisiplin ilmu dengan sudut pandang yang beragam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Mata Sipit Melayu: Menyemai Keberagaman, Meneguhkan Daerah

26 Juli 2024   14:21 Diperbarui: 26 Juli 2024   14:30 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
yayasan suar asa khatulistiwa 2021

Saya akrab dipanggil budi, kelahiran kabupaten sanggau. Saya lahir, tumbuh, dan berkembang di sebuah daerah multikultural dan beragam adat budaya yaitu provinsi kalimantan barat. Sebuah provinsi terluas keempat di indonesia dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 sebanyak 5,414.390. islam adalah agama paling banyak dianut (60,07%)  kemudian kristen (33,74%), katolik (22,16%), buddha (5,85%), hindu (0,05%) dan kepercayaan (0,03%). Di kalimantan barat terdapat banyak suku dan budaya, sebut saja dayak yang mendominasi, suku dayak pun dibagi ke beberapa rumpun/stanmeras besar (dayak iban, dayak jangkang, dayak kendayan, dayak Ot Danum, dsb) kemudian dibagi lagi ke dalam rumpun yang lebih kecil yang kesemuanya itu memiliki perbedaan bahasa, dialek, ritual keagamaan, ritual adat, hukum adat walaupun memiliki kesamaan sebagai "dayak". Selain dayak di kalimantan barat juga masyarakat dengan suku melayu, bugis, jawa, hakka, tiochiu, dan tionghoa. Dari demografi seperti itu cukup jelas bila bicara keberagaman dan isu toleransi, kalimantan barat harus paling depan untuk membangun isu-isu tersebut, hal ini belum didasari pada histori berdarah panjang di masa lalu akibat beberapa sejarah kelam kalimantan barat akibat konflik antar etnis.

Saya adalah orang bersuku melayu, namun mata saya sipit dan berkulit putih hingga seringkali dianggap orang yang bersuku tionghoa dan non-islam beberapa hal yang saya alami adalah bullying dan beberapa perlakuan diskriminatif. Ketika saya sd di Madrasah Ibditaiyah saya seringkali mendapat perlakuan bullying karena "muka cina" karena di sd berbasis pengajaran agama islam tersebut tidak ada anak tionghoa yang masuk, dengan face saya yang cukup oriental sebagai seorang "melayu" saya diejek dengan muka kuntilanak karena putihnya saya, hal diskriminatif saya alami ketika kepindahan saya ke smp di kota pontianak, saat pembagian kelas saya dimasukkan ke dalam kelas khusus untuk siswa/i non-islam tanpa melihat dan membaca dokumen saya terlebih dahulu karena guru memiliki keyakinan bahwa saya adalah anak cina dan non-islam yang seminggu kemudian barulah saya dipindahkan ke kelas yang berisi siswa/i islam dan mendapatkan pelajaran agama islam. Sampai dengan saat itu saya masih berpikiran positif jikalau itu hanyalah kesalahan kecil dan kesan gurauan.

 Masuk pada masa perkuliahan di perguruan tinggi negeri pengalaman perlakuan diskriminatif pun saya alami jelas. Memantapkan hati ketika memutuskan mendaftar menjadi bujang pontianak (duta pariwisata kota pontianak) ibukota provinsi kalimantan barat yang multi kultural (dikenal TIDAYU : Tionghoa Dayak dan Melayu) walaupun dengan mata sipit dan tidak sama sekali terlihat seperti seorang bersuku melayu, karena gusdur pernah bilang kalau kamu berbuat baik orang tidak tanya apa agama kamu. saya memiliki semangat itu karena saya ingin memajukan pariwisata dan budaya daerah dengan berbagai program serta pendekatan kolaboratif. saya memiliki pemahaman bahwa keberagaman budaya, warna kulit, bahasa, dan keberagaman adat merupakan aset yang harus kita manfaatkan dan jaga sebaik mungkin. Walaupun beberapa orang menahan saya untuk mengikuti ajang itu karena muka saya yang "tionghoa" banget tidak mungkin dapat memenangkan ajang tersebut karena yang dicari adalah pemuda melayu. Ketika masa seleksi, dokumen kartu keluarga yang asli dimintakan untuk memastikan agama dan suku budaya untuk mendapatkan keyakinan bahwa saya adalah seorang melayu, dan pada akhir final saya pun benar saja harus terhenti pada posisi juara 2, seorang juri dengan terang mengatakan bahwa saya tidak dapat dimenangkan karena saya tidak memiliki wajah melayu sama sekali dan hal itu menjadi perhitungan utama dengan mengenyampingkan aspek-aspek lainnya. Dari situ saya kemudian menyadari bahwa perlakuan diskriminatif dan intoleran sangatlah tidak pantas untuk dilakukan apapun alasannya. Jujur bahwa mengetahui hal tersebut saya mengalami trauma dan kesedihan yang cukup berkepanjangan hingga saat ini, namun saya memahami bahwa kesedihan saja tidak akan merubah apapun.

salah satu pendekatan untuk men-sosialisasikan isu keberagaman dan toleransi melalui pariwisata bersama dengan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA) di instagram.

Pandangan saya pada keberagaman adalah seperti pisau bisa menjadi berbahaya dan menguntungkan, berbahaya nya adalah memperbesar risiko konflik. Jika bicara mengenai konflik Di Kalimantan Barat pada masa lalu sering terjadi konflik etnis sebut saja peristiwa sanggoledo (konflik antara suku dayak dan madura) pada tahun 1996 yang membuat 1094 rumah habis terbakar, 4000 ribu orang harus mengungsi ke kabupaten lain oleh pangdam VI, dan banyak korban jiwa dengan kronologi perang hanya karena bersenggolan di sebuah acara dangdut. Tak lama pada tahun 1970 berkepenjangan terjadi kerusuhan sambas sampai tahun 1999 yang melibatkan perang etnis antara orang melayu dan oknum pendatang dari madura yang terjadi karena perebutan sumber daya ekonomi (karena adanya kesamaan pekerjaan) terutama tanah pertanian yang berdampak pada 1.189 orang tewas, 3.833 rumah terbakar dan rusak, dan ratusan korban luka berat dan kendaraan rusak. Konflik etnis juga terjadi di tahun kelahiran saya tahun 2001 yaitu konflik sampit/perang sampit/tragedi sampit ini adalah sebuah peristiwa kerusuhan pada tahun 2001 di kalimantan tengah  yang melibatkan bangsa madura dan dayak yang dialatarbelakangi dengan ketidaksepahaman dan faktor ekonomi yaitu sistem ekonomi yang diduga dikuasai oleh orang-orang madura yang merupakan pendatang di wilayah sampit.

Kemudian dari perspektif saya sebagai duta pariwisata kota pontianak keberagaman juga dapat menguntungkan bagi daerah seperti pisau tajam yang digunakan untuk masakan yang lezat, maka saya memaknai keberagaman adalah sebagai aset. Saya adalah mahasiswa jurusan akuntansi, dimana pengertian "aset" di bidang akuntansi menurut Internation Financial Reporting Standards (IFRS, 2008) aset merupakan suatu sumber yang dikendalikam oleh entitas sebagai akibat dari perisitiwa masa lalu, dan aset memiliki karakteristik memiliki manfaat untuk masa depan, dikuasai oleh entitas dan terjadi di masa lalu. Hal ini serupa pada pandangan keberagaman, keberagaman budaya, adat, budaya dan bahasa menjadi aset bagi daerah, menjadi ciri khas suatu daerah yang timbul akibat sejarah di masa lalu. Sehingga selain dimanfaatkan, aset juga perlu dipelihara dan dijaga (salah satunya merawat keberagaman, toleransi antar umat beragama dan etnis), dimanfaatkan dalam hal pengembangan pariwisata, pariwisata memiliki daya tarik karena adanya sensasi berbeda untuk pada wisatawan, jikalau semua daerah memiliki wisata serupa maka tidak terdapat nilai jual wisata. Dari pengelolaan wisata dan ekonomi kreatif  yang baik maka dapat meningkatkan pendapat asli daerah (PAD) daerah yang berpengaruh pada pembangunan ekonomi daerah

dokumentasi pribadi 2021
dokumentasi pribadi 2021

ini adalah foto saya ketika membersamai festival hari bakchang / Duan Wu festival, saya menggunakan baju cheongsam untuk memeriahkan festival. Saya sebagai duta wisata pontianak membangun hubungan baik dengan duta wisata dan budaya tionghoa, gege memei kalimantan barat.

Saya yakin bahwa setiap manusia tidak berhak untuk mendapatkan perlakuan diskriminatif dan perlakuan tidak adil dengan mengenyampingkan kemampuan yang dimiliki hanya karena "berbeda" atau hanya karena menjadi kaum minoritas, perlakuan diskriminatif dapat menghambat pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkelanjutan dan tentunya bertolak belakang dengan semangat KTT G20 yaitu Realizing Opportunities of the 21st century for all" dengan salah satu fokus bahasan adalah empowering people (pemberdayaan perempuan dan pemuda), safeguarding the planet (energi bersih dan berkelanjutan) dan shaping new frontiers (pemanfaatan teknologi untuk pembangunan) dan saya berkeyakinan bahwa pemberdayaan pemuda tidak dilihat dari suku, warna kulit namun kemampuan, skill, kreatifitas, inovasi, adalah hal utama yang diperlukan untuk pembangunan SDM yang berkelanjutan.

Bawaslu Kota Pontianak 2022
Bawaslu Kota Pontianak 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun