Undangan dari Kompasiana untuk nobar premier “Negeri 5 Menara” bagi 20 kompasianers mengusik hati saya waktu itu. Sebetulnya bukan undangan secara langsung, tapi semacam info dari admin kompasianabagi yang ingin nobar . Syaratnya cuma dengan mengirim email, kita sudah bisa dapat tiket gratis –kalau masih masuk dalam kuota 20 kompasianers sih....Buru-buru saya langsung kirim email ke admin sambil berharap mudah-mudahan saya beruntung. Eeh.. rupanya hanya berselang beberapa saat saya sudah dapat email balasan yang menyatakan saya berhak untuk nobar di Blitz Megaplex Pacific Place, Jakarta pada Jumat, 17 Februari 2012. Alhamdulillah ..rejeki emang gak kemana, he he.
Pas saatnya tiba, kami para kompasianers dipersilahkan memasuki ruang theatre di Blitz Megaplex dan mendapat tempat di deretan kursi paling atas atau belakang.. hhmm itu kan biasanya untuk undangan VIP kan (Ge eRyah, he he...). Ditambah dengan suguhan popcorn plus air mineral, makin serasa tamu kehormatan deh. Belum banyak tamu yang datang selain kita yang ada di deretan paling atas waktu itu, jadilah kita bisa saling ngobrol dan bercanda dengan sesama kompasianers.Rame juga bisa ketemu dengan kawan-kawan lama. Maklum sudah lama saya ‘terlelap’ dari kegiatan kompasiana.
Tidak lama kemudian undangan yang lain mulai berdatangan dan memenuhi ruangan. Ada beberapa nama terkenal yang hadir. Ada Garin Nugroho, Wanda Hamidah, Anya Dwinoff, Lukman Sardi, Ahmad Fuadi (sang penulis novel “Negeri 5 Menara”) dan beberapa tokoh/pejabat juga yag hadir. Acara dibuka oleh artis Olga Lidya dan sedikit sambutan dari Ahmad Fuadi.Basa-basi dan pembukaan tersebut idak lama, selanjutnya langsung ke acara utama, yaitu pemutaran film “Negeri 5 Menara”.
Film ini mengisahkan tentang kisah persahabatan 6 anak yang berasal dari berbagai suku di Indonesia yang mereka sama-sama menuntut ilmu di sebuah Pesantren di Ponorogo, Jawa Timur.
[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Para Pemeran Utama"][/caption]
Bagaimana mereka yang masih sangat belia tapi mampu menjadi dewasa dalam menggapai mimpi. Persahabatan diantara mereka tidak sekedar bersama-sama dalam setiap kegiatan, tapi mereka bisa saling mendorong agar potensi masing-masing menjadi menonjol.
Bagaimana sosok Basso yang mulanya kurang pandai dalam pelajaran bahasa Inggris, akhirnya malah memenangkan lomba pidato dalam bahasa Inggris .....Sementara tidak sedikit yang mengaku teman di sekitar kita malah menjatuhkan hanya karena tidak ingin melihat orang lain lebih hebat daripada dirinya
Bagaimanamereka bersama-sama memperbaiki genset di pesantren dan tidak sekedar complain, dan akhirnya berhasil... Nilai ini lah yang semestinya kita contoh. Jangan sekedar protes, tapi juga bisa memberikan solusi.
Bagaimana mereka masing-masing menggambarkan tentang mimpinya, dimanaadanya yang ingin ke Kairo, ada yang ingin ke Eropa, ada yang ingin ke Amerika, dan ada juga yang tetap ingindi Indonesia karena begitu besar cintanya kepada bumi pertiwi. Menara mana pun, yang pasti mereka sudah bisa memvisualisasikan mimpinya. Mimpi memang harus setinggi mungkin dan harus ada visualisasinya agar kita juga bisa menggapainya. Mimpi tanpa gambaran yang jelas hanyalah angan. Kita semua harus punya mimpi, karena adanya mimpi akan membuat kita terus optimis dalam usaha mewujudkannya.
Ketika di tengah perjalanan meraih cita ternyata ada halangan, itu tidak meruntuhkan niat Basso.Yah..dia terpaksa harus pulang kampung dan tidak melanjutkan menuntut ilmu di pesantren karena harus mengurus neneknya yang sakit dan sudah sangat tua. Meski di kampung talenta dan kepandaian Basso tetap menonjol. Dia mengajar ngaji kepada anak-anak di kampungnya. Dia ciptakan metode ngaji sendiri, dan itu berhasil sampai dia mendapat penghargaan....hikmahnya adalah meski kadang dalam perjalanan mencapai mimpi seolah berbelok, tapi kita harus bisa menyikapi keadaan dan bukannya mengeluh atau meratapi. Kita semestinya mampu berdamai dengan kondisi dan bisa memilih mana yang lebih urgent sambil terus mengejar mimpi.
Alif yang awalnya begitu ingin masuk ITB, tapi dengan dukungan dari sahabat-sahabatnya akhirnya malah mengurungkan niatnya ke sana. Dia yang semuda itu mampu mensikapi bagaimana keinginan orang tua nya yang sudah bersusah-payah mengirim dia ke pesantren, dia sadar bahwa semua ini pasti sudah diperhitungkan dengabaik oleh orang tua..... Sementara seringkali kita menentang orang tua jika pikiran kita tidak sejalan dengan mereka. Yah, kita juga harus bisa bersikap seperti Alif yang berusaha menyelami keinginan orang tua kita. Bagaimanapun pasti mereka selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya.
Sebetulnya masih banyak lagi nilai-nilai yang bisa diambil dari cerita Negeri 5 Menara.Ada baiknya saksiksan saja sendiri film ini. Dengan sudut pandangan setiap orang yang berbeda malah bisa diperoleh banyak nilai.
Apresiasi yang begitu dalam saya sampaikan kepada para pemeran utama di film ini, yaitu : enam aktor cilik pendatang baru Gazza Zubizzaretha, Ernest Samudera, Billy Sandi, Rizki Ramdani, Aris Adnanda Putra, dan Jiofani Lubis. Mereka bermain dengan sangat bagus. Di luar film pun, saya sangat terkesan begitu melihat mereka sangat santun, begitu pun dengan sdr. Ahmad Fuadi yang begitu ramah seolah tuan rumah yang baik kepada kami, para undangan.
[caption id="" align="aligncenter" width="319" caption="Ahmad Fuadi - Sang Penulis "]
Menurut saya malah aktor dewasa yang lainkelihatan sedikit lebay dalam berakting, kecuali Lulu Tobing dan David Chalik.
Secara keseluruhan film ini patut ditonton. Sebuah hiburan yang menarik di tengah maraknya berita-berita yang kurang sedap didengar yang terus tayang di media televisi, seperti kasus korupsi, kekerasan, kecelakaan dan lain-lain. Belum lagi sangat sedikitnya film nasional bermutu yang diputar di bioskop-bioskop di sini.
Oya, buat saya yang seorang Financial Planner... pastinya adalah Mimpi itu harus Ada. Karena dengan mimpi kita jadi punya tujuan. Dan mencapai tujuan juga harus dengan Perencanaan yang matang. Tidak bisa dipungkiri, setiap step dalam mencapai tujuan juga dibarengi dengan biaya yang harus dikeluarkan. Jadi, rencanakan mulai dari sekarang setiap tahap dalam meraih mimpi, kesiapan finansial juga harus dipikirkan dan dilakukan sejak awal agar tidak menjadi hambatan.
Man Jadda wa Jadda...... Barang siapa bersungguh-sungguh pasti mendapatkannya.
Niat yang sungguh-sungguh diejawantahkan ke dalam tindakan.
[caption id="" align="aligncenter" width="319" caption="Kompasianers ikut foto bareng"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H