Di suatu tempatÂ
Seorang wanita duduk dalam lipatan kaki tahiyat akhir, dirinya tengah merona menarik ulur napas pada satu benang doa yang hampir terputus. Permata air yang menggantung di bulu matanya terjatuh, terpecah pada sejadah yang tak lebih luas dari taman harapannya, entah sudah berapa lama yang ia habiskan disana.
Setiap malam, kamu mendapat kiriman khawatir dan kerinduan dengan secarik doa-doaku.
Karena yang diam-diam mendoakan adalah ia yang paling mencintaimu jika kata tak mampu mengatakan/mengutarakan, biarkan Doa yang menggetarkan.
Kamu tidak bisa memaksa lebah menjauhi bunga-bunga, maka biarlah aku jatuh hati sembari berjuang membuatmu jatuh cinta maka biarlah dirimu kusayangi sembari bertahan menuntunmu menghargai.
Aku tidak bisa meminta hatimu karna membalas bukan bagian dari tugasku, aku hanya tengah memberimu hatiku.
Tidak ada dua manusia yang hatinya jatuh bersamaan maka biarkan salah satunya bertahan untuk memperjuangkan.
Biarlah sementara kusemogakanmu dalam doa karna ia satu-satunya penguatan dalam ikhtiar-ikhtiar memperjuangkan.
kamu mau tau,kenapa Allah menciptakan sebuah doa?
karena,disetiap kerinduan tidak harus selalu ditunaikan dengan pertemuan.
Terlepas dari segala jenis metafora hingga umpama cukup di keindahan dirimu saja.