Mohon tunggu...
noviyanto aji
noviyanto aji Mohon Tunggu... karyawan swasta -

biasa ajalah...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemimpin Bangsa Berkiblat Pada Lolo Ferarri

26 Mei 2010   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:58 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Yah, kalau menurut saya seorang pemimpin, harus mampu memainkan peran yang telah ditakdirkan Tuhan dengan kemampuan menginterpretasikan ide-ide dan ajaran-ajaran para tokoh pemimpin terdahulu, sehingga mudah di akses oleh generasi sesudahnya. Oleh karena itu, dia harus menjalani masa latihan yang panjang, baik secara formal maupun inisiatik,” kini gantian si F yang angkat bicara.

Mendengar jawaban itu, semua orang manggut-manggut. Suasana menjadi hening. Si A yang sedari tadi hanya guyon saja juga tidak mau kalah dengan si C dan si F.

Kali ini omongannya serius. Dalam benaknya muncul berbagai ide. Ia mengatakan bahwa kebersihan dan kesucian hati, memiliki rasa prikemanusiaan, adil, arif dan bijaksana menjadi sumber inspirasi bagi seorang pemimpin untuk mensejahterakan Bangsa dan Negaranya. Dan bukannya memakmurkan ‘kursi kebesaran’ yang didudukinya.

Demi kursi kebesaran, kali ini kata si G, bahwa manusia-manusia dewasa tak ubahnya sekumpulan bocah-bocah yang sedang memperebutkan sebuah mainan. Demi kursi kebesaran manusia telah dibutakan oleh angan-angannya. Seandainya saja manusia menyadari bahwa "angan-angan manusia itu kerapkali melampaui ajalnya"

Dan demi kursi kebesaran pula, manusia tak segan - segan menghalalkan berbagai cara dari cara yang paling ringan (halus) sampai cara yang paling berat (kasar) yang pada akhirnya banyak memunculkan skenariowan - skenariowan kambuhan yang memanfaatkan situasi dan kondisi yang tak ubahnya bagaikan lingkaran setan.

Kini semua orang mengakui keterbatasan seorang pemimpin. Memang tidak mudah menjadi pemimpin. Bahaya kesombongan yang disebabkan oleh sifat individualime adalah awal kehancuran kharisma seorang pemimpin.

Sesaat lamanya para diskusioner-diskusioner itu terdiam. Matanya ada mendongak ke atas, ada pula yang ke bawah. Sulutan batang rokok ‘Jres’ terdengar memecah keheningan. Kepulan asap rokok berkumandang ke atas, dan kemudian hilang bersamaan datangnya angin.

Dalam benak mereka terpancar sebuah perbedaan dan keseragaman ide. Tidak ada yang mau bicara. Semua pada berbisik-bisik. Lalu, terdengar suara dari si H. Kepada teman-teman sejawatnya dia berucap, “Sebenarnya kehadiran seseorang pemimpin sejati di tengah-tengah kegersangan dan kehausan jiwa merupakan karunia Tuhan yang tetap dapat diperoleh manusia kapan pun dan dimana pun mereka,”

“Ia adalah keajaiban di atas keajaiban, dan merupakan sosok manusia sejati yang selalu mengikuti dimana arus air mengalir. Maka sesungguhnya pemimpin sejati itu, terletak di dalam lubuk hatinya yang telah terpahat oleh kejujuran dan keikhlasan tanpa pamrih. Bukankah suatu perbuatan itu dapat dikatakan baik dan benar, jika tidak ada pamrih didalamnya..?" kata si H.

“Lalu akankah jiwa-jiwa pemimpin Indonesia mampu membawa bangsa Indonesia kembali ke arah yang lebih baik ataukah sebaliknya justru akan menjerumuskan bangsa Indonesia ke dalam jurang kenistaan?” Si I tiba-tiba balik menyerang.

“Wah kalau itu ya Wallohu a’lam , ya kalau menurut saya sih pemimpin yang baik adalah personil Srimulat atau Ketoprak Humor, seperti Topan, Lesus, Tessy, Timbul, Basuki, Mamik, atau Pak Bendot,” jawab si A seraya disambut gelak tawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun