Dalam rangka memperingati Hari Sejuta Pohon, siswa-siswi kelas VIII SMPN 2 Srandakan melakukan aksi nyata menanam 100 bibit mangrove. Kegiatan dilakukan di kawasan konservasi mangrove, Laguna Pengklik Samas, Srigading, Sanden, Bantul. Penanaman dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Januari 2023. Bibit yang ditanam yakni jenis mangrove Rhizopora. Kegiatan penanaman dibersamai oleh TNI AL Sanden, Bantul dan FKPPRS (Forum Komunikasi Pemuda-Pemudi Rejo-Sari), selaku pengelola kawasan konservasi tersebut.
Bapak Zamzani, S.Pd., selaku kepala SMPN 2 Srandakan menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya melestarikan lingkungan saja, melainkan juga dapat meningkatkan kesadaran terkait lingkungan. Bu Endang Siswanti, S.pd., selaku ketua adiwiyata sekolah menambahkan bahwa kegiatan pelestarian dengan menanam pohon mangrove memberikan aksi nyata untuk merawat kelestarian Bumi sekaligus mengajak siswa secara langsung untuk merawat kelestarian lingkungan setempat. Dalam kegiatan ini, para siswa mengenal manfaat tanaman mangrove bagi lingkungan setempat, jenis-jenis mangrove yang ditanam pada area konservasi, dan melakukan penanaman pada lahan konservasi yang telah disiapkan oleh pemandu.
Kegiatan aksi nyata penanaman 100 mangrove, berjalan dengan lancar. Kegiatan diawali dan diakhiri di sekolah. Sebelum menuju lokasi, para siswa berkumpul di sekolah untuk diberi pembekalan berkendara di jalan, pengondisian diri, dan pengarahan rute yang dilalui. Para siswa berangkat menuju lokasi menggunakan sepeda. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 168 siswa serta 18 guru dan karyawan sebagai pendamping kegiatan. Adapun pemberian materi konservasi mangrove diberikan oleh Mas Sancoko, selaku ketua FKPPRS. Kegiatan penanaman didampingi oleh anggota FKPPRS dan anggota TNI AL POS Samas pada pukul 09.30 pagi dan selesai pukul 10.30. Pada kegiatan ini, para siswa mendapatkan bekal mengenai jenis-jenis mangrove di konservasi mangrove, Laguna Pengklik Samas, menanam 100 bibit mangrove, dan kegiatan konservasi perawatan mangrove. Â
PARA SISWA DIAJAK MENGENAL MANGROVE LEBIH DEKAT
Di kawasan konservasi mangrove, Laguna Pengklik, Samas terdapat empat jenis mangrove, yaitu jenis Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, dan Bruguiera. Pertama, Avicennia merupakan mangrove yang biasa tumbuh paling dekat dengan laut. Avicennia biasa dikenal dengan nama api-api. Mangrove jenis Avicennia ini memiliki ciri-ciri daunnya berbentuk bulat seperti telur terbalik dengan ujung meruncing. Â
Pada sistem perakarannya, Avicennia memiliki sistem akar napas tegak yang berbentuk menyerupai pensil. Ia juga memiliki bunga-bunga yang berwarna kuning agak jingga, yang bergerombol pada ujung tandan. Selain itu, Avicennia juga memiliki buah berbentuk bulat dengan permukaan buah terdapat rambut halus. Pemanfaatan daun Avicennia, oleh masyarakat biasanya untuk pakan ternak, dan obat luka bakar, serta kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kertas yang berkualitas. Kedua, Sonneratia yang seringkali dikenal dengan nama pedada.Â
Pada jenis ini, Sonneratia tumbuh pada tanah yang bercampur lumpur dan pasir. Tanaman ini dapat ditemukan pada pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang air laut. Bentuk daun dan akar dari tanaman ini mirip dengan Avicennia, bedanya bunganya berbentuk seperti lonceng yang bagian luarnya berwarna hijau dan di dalamnya merah.Â
Kemudian, ia memiliki buah yang berbentuk bola dengan ujung bertangkai dan dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah pada Sonneratia ini dapat dikonsumsi dan batang kayunya dapat digunakan sebagai bahan pembuatan perahu maupun bahan bakar. Ketiga, Rhizopora merupakan jenis mangrove yang tumbuh di area tanah berlumpur dan digenangi oleh air yang sedang pasang maupun surut. Mangrove ini, memiliki nama lokal yaitu bakau minyak. Akar Rhizopora dapat mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabangnya. Bentuk daunnya elips, dengan ujung meruncing.Â
Bunga pada Rhizopora terletak di ketiak daun dan memiliki kelopak berwarna kuning kecoklatan. Buahnya kasar berbentuk bulat dan memanjang. Kayunya dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan arang, serta akarnya dapat dimanfaatkan sebagai jangkar karena kuat. Terakhir, Bruguiera adalah jenis mangrove yang tumbuh digenangi air pasang yang tinggi. Mangrove Bruguiera ini dikenal dengan nama bogem, butong, dan butun yang memiliki ciri khas yakni akar lutut atau papan/banir. Daun dari mangrove ini berbentuk bulat telur terbaik dengan ujung agak tumpul. Saat masih muda, daun mangrove ini berwarna merah muda, menggantung, dan bergerombol. Bentuk buahnya berbentuk seperti buah delima yang berbentuk seperti piramid dan berukuran lebih besar. Buah dari Bruguiera dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan sebagai sirup.
PARA SISWA BELAJAR MENANAM DAN UPAYA PEMELIHARAAN LINGKUNGAN
Usai mengenal jenis-jenis mangrove yang ada di kawasan Laguna Pengklik Samas, para peserta didik diajak menyusuri lahan mangrove dan terjun langsung mengenal tanaman mangrove tersebut. Para siswa antusias dengan memberikan banyak pertanyaan kepada pemandu. Selain dapat mengenal daerah ekosistem, para siswa juga belajar mengenal binatang-binatang yang berada di wilayah ekosistem tersebut. Seperti aneka burung yang hinggap di dahan, ikan yang berada di akar, hingga tanaman lain yang tumbuh di sekitar mangrove yakni tanaman daruju. Para siswa juga menemukan perbedaan tanah pada tiap lahan yang ditumbuhi mangrove. Pada lahan tanaman Avicennia para peserta didik hampir mendekat ke laut dengan kontur tanah liat dan dalam. Sementara, pada lahan tanaman Sonneratia tumbuh pada lahan tanah liat dan pasir yang membuat kaki para siswa tidak terperosok. Perbedaan lahan ini membuat para siswa semakin memahami bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan mangrove tidak mudah.
Di samping itu, para peserta didik juga diajak untuk mengambil sampah-sampah yang ada di sekitar tanaman mangrove. Hal ini ditujukan agar mangrove dapat tumbuh sehat. Mangrove dapat mati dan terhambat pertumbuhannya, jikalau terdapat banyak sampah pada tanahnya. Kegiatan ini memberikan tambahan pengetahuan bagi peserta didik tentang upaya perawatan mangrove. Peserta didik juga mendapat wawasan baru adanya sampah di laut yang berawal dari sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai, lalu hanyut sampai ke laut. Pada kegiatan ini, para peserta didik merasa jengkel dengan banyaknya sampah di sekitar tanaman mangrove dan membuat mereka berempati untuk membuang sampah pada tempatnya.
Pemandangan sampah yang tersangkut dan tanaman mangrove kecil yang hanyut, membuat peserta didik semakin penasaran. Mereka melihat tanaman mangrove yang hanyut bersama penyangga bambunya. Hanyutnya tanaman mangrove ini, membuat para siswa mengenal kekuatan ombak Laguna Pengklik, Samas yang besar. Walaupun telah dipasang sebuah jaring untuk menghadang sampah dan ombak, ternyata ombak mampu membuat jaring tersebut rusak. Kekuatan ombak yang besar memberikan para siswa edukasi agar menjadi berhati-hati saat bermain di pantai selatan, Bantul. Dari kegiatan ini, para siswa semakin mengenal mangrove bukan hanya dari jenisnya, tetapi juga perawatannya.
Sembari membersihkan dan mengenal tanaman mangrove, kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh para peserta didik adalah menanam mangrove. Mangrove yang ditanam oleh para siswa berjenis Rhizopora. Mangrove ini ditanam dekat laut, sehingga membuat pakaian dan kaki para siswa kotor. Mangrove ditanam pada ruang-ruang yang kosong atau nyulami, sebab mangrove sebelumnya yang tumbuh telah mati terkena ombak pasang. Beruntung pada saat itu kondisi sekitar lahan tidak pasang, sehingga dapat menanam dan bermain air. Hal menyenangkan usai penanaman adalah berenang di Laguna Pengklik sambil membersihkan diri.
Selepas membersihkan diri, para siswa beristirahat dengan makan snack sambil mengamati hamparan sawah di sekitar konservasi mangrove Laguna Pengklik, Samas. Hamparan sawah luas yang ditumbuhi padi dengan baik, memberikan tambahan pengetahuan akan manfaat lain dari tanaman mangrove. Mangrove, yang banyak dikenal sebagai tanaman pencegah abrasi air laut juga dikenal sebagai tanaman penghalau angin payau. Bagi masyarakat desa yang dekat dengan pantai selatan, tanaman mangrove membantu masyarakat yang berprofesi sebagai petani untuk menangkal adanya angin disertai uap payau dari laut. Dengan adanya tanaman mangrove, tanah sawah semakin subur sehingga dapat ditanami aneka bahan kebutuhan pangan. Melalui kegiatan konservasi dan aksi nyata menanam 100 bibit tanaman mangrove para peserta didik belajar secara langsung bersama alam. Para peserta didik juga dapat merasakan secara langsung manfaat dari konservasi mangrove di Laguna Pengklik, Samas, Bantul. Mas Sancoko, selaku ketua FKPPRS menambahkan bahwa siapapun yang ingin belajar atau mengenal konservasi mangrove di Laguna Pengklik, Samas, Srigading, Sanden, Bantul, Yogyakarta dapat mengonfirmasi ke admin instagram http://www.instagram.com/fkpprs
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI