ARTIKEL
Topik 1
Koneksi Antar Materi
Filosofi Pendidikan Indonesia
Â
Saat ini saya adalah seorang istri, seorang ibu, dan juga seorang mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 tahun 2023 di LPTK Universitas Jember. Sebelum menjadi mahasiswa PPG, saya merupakan seorang guru SD swasta di dekat tempat tinggal saya. Saya meninggalkan pekerjaan saya dan lebih memilih untuk mengikuti PPG ini dikarenakan saya ingin memperdalam keahlian saya serta mengembangkan keprofesionalan saya dalam mengajar, agar saya dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Harapan saya untuk kedepannya setelah lulus dari PPG ini yaitu pengalaman dan ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat untuk banyak orang.
Saya memilih menjadi guru karena memang cita-cita saya sejak SMP ingin menjadi seorang guru, ditambah lagi dukungan dari kedua orang tua serta motivasi dari guru-guru saya. Menurut saya profesi guru merupakan suatu profesi yang sangatlah mulia. Peran guru juga sangatlah penting dalam roda pendidikan di suatu negara. Karena gurulah yang berperan dalam mencerdaskan anak bangsa, membentuk karakter dan nilai-nilai moral anak bangsa, sehingga dapat mengembangkan dan memajukan sumber daya manusia, yang merupakan aset utama suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kemajuan. Selain itu profesi guru merupakan pekerjaan yang sangat fleksibel, terutama sebagai perempuan seperti saya yang juga merupakan ibu rumah tangga, karena tidak menguras waktu lama sehingga tidak mengganggu kewajiban sebagai seorang istri dan juga ibu dari anak-anak.
Sebelum saya mempelajari pemikiran dari Ki Hadjar Dewantara, saya mengajar dengan terfokus pada tuntutan kompetensi sesuai kurikulum yang berlaku dan cenderung melaksanakan pembelajaran yang sesuai seperti yang tertulis dalam kurikulum dan harus menyelesaikan target satu semester. Saya berpikir sangatlah mudah dalam mengajar karena kita hanya memberikan materi dan tugas saja kepada peserta didik. Tetapi terkadang saya mengeluh karena ada sebagian anak yang tidak pernah mengerjakan tugas , sulit diatur dan lambat dalam berpikir, padahal materi yang saya jelaskan sudah sangat detail dan tugas yang saya berikan pun sangatlah mudah.
Setelah mempelajari konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara, seketika itu juga pemikiran saya langsung berubah, begitupun perilaku saya juga akan saya rubah. Saya menyadari kekeliruan saya dalam memandang peserta didik, saya menempatkan mereka sebagi objek dalam pembelajaran di kelas. Dimana seharusnya peserta didik adalah subjek dalam suatu pembelajaran di kelas, peserta didik kita lah yang harusnya menjadi pemegang kendali dalam suatu pembelajaran. Sebagai guru yang baik hendaknya kita harus selalu berpihak pada peserta didik kita.
Guru yang berpihak pada peserta didik adalah guru yang mengutamakan kepentingan dan perkembangan peserta didiknya. Kita tidak hanya fokus untuk menyampaikan materi pelajaran saja, tetapi kita juga harus memahami kebutuhan, potensi, kelebihan bahkan kekurangan yang dimiliki masing-masing peserta didik. Untuk itu kita harus berempati dan mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap pengalaman mereka, serta melibatkan dan menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua atau wali murid untuk mendukung perkembangan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas. Selain itu kita juga harus berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendukung dan memotivasi peserta didik agar peserta didik nyaman dan semangat dalam belajar.
Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang memerdekakan dengan tujuannya adalah kemerdekaan. Merdeka berarti setiap orang dapat memilih menjadi apa saja, dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki orang lain juga. Visi pendidikan Ki Hadjar Dewantara kembali digaungkan oleh Presiden Joko Widodo. Slogan pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang memerdekakan sebagai tokoh paling termasyur dalam sejarah pendidikan Indonesia, meninggalkan warisan sebuah konsep, yakni pendidikan yang memerdekakan. Konsep ini termaktub dalam tiga semboyan dalam bahasa Jawa, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karya, tut wuri handayani. Artinya, di depan memberikan contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Semboyan tut wuri handayani diabadikan dalam logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.