Mohon tunggu...
Novi Setyaningsih Tutu
Novi Setyaningsih Tutu Mohon Tunggu... -

aku adalah pemikiranku sendiri. just say : i wanna changes the world.!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Taman Laut Wakatobi

12 Desember 2010   09:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:48 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1292144678513344914

[caption id="attachment_77675" align="alignleft" width="368" caption="taman laut wakatobi"][/caption] Berdasarkan hasil survey oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Dept. Kehutanan dan WWF tahun 1989 serta voluntir dari Operation Wallacea dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukan bahwa Kepulauan Wakatobi memiliki potensi sumberdaya alam laut yang sangat melimpah, baik jenis maupun keunikannya serta panorama bawah laut yang menakjubkan. Atas dasar hasil tersebut, Gubernur Sulawesi Tenggara mengeluarkan surat rekomendasi penunjukan Kepulauan Wakatobi sebagai kawasan konservasi laut. Berdasarkan rekomendasi tersebut, Menteri Kehutanan RI menyetujui dan menunjuk Kepulauan Wakatobi sebagai Taman Wisata Alam Laut seluas 306.590 Ha atau setara dengan 13.000 km berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 462/kpts-II/95. Dalam perkembangannya Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Wakatobi diubah fungsinya menjadi Taman Nasional dengan luas 1.390.000 Ha melalui keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 393/kpts-VI/1996, yang mencakup 4 (empat) pulau utama yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Dari gabungan empat pulau itulah nama Waka-tobi terbentuk yang memiliki 61 desa dengan yang terbesar desa Wanci di pulau wangi-wangi. Secara geografis letak kepulauan ini antara Laut Banda dan Laut Flores dan letak administratif berbatasan dengan Laut Banda dan Kabupaten Muna secara keseluruhan lokasi Taman Nasional Laut waktobi terletak di kaki ujung Pulau Sulawesi Bagian Tenggara. Kawasan Taman Nasional Wakatobi mencakup seluruh Kepulauan Tukang besi yang mana sebagian masyarakatnya menjadi pengrajin besi. Dikepulauan ini tidak ada sungai-sungai besar, tetapi sungai bawah tanah yang merupakan ciri khas ekosistem kawasan ini, sungai-sungai bawah tanah itu muncul di pesisir sebagai sumber air minum walaupun agak terasa asin tetapi sumber air tersebut sangat penting dalam mendukung upaya pengembangan kepariwisataan. Dalam pengelolaannya kawasan ini menerapkan sistem zonasi. Sistem ini membagi wilayah berdasarkan kepentingannya, potensinya dan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan taman nasional laut. Dengan cara ini diharapkan pengelolaan kawasan akan lebih mudah terutama dalam melaksanakan pengawasan, pengamanan maupun pengaturan pemanfaatannya. Untuk mencapai kepulau ini dapat menggunakan sarana angkutan laut . Daya tarik obyek wisata bahari yang dapat ditemukan di kawasan ini sangat beragam dengan keindahan yang luar biasa. Landskapnya yang unik dan indah menghiasi sekitar pantai-pantai di pulau wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Pantai-pantai di kwasan ini sebagian landai dan hampir semua pantai memiliki pasir putih yang halus. Selain beragam jenis ikan serta sumberdaya hayati laut lainnya seperti penyu, mamalia laut, ular serta burung laut, keindahan pemandangan alam bawah lautnya dilengkapi dengan dinding-dinding terumbu karang, puncak bukit yang dramatis serta kebun karang yang begitu luas membentang bagaikan lapangan besar bunga-bunga liar bawah laut. Keindahan tersebut dapat dinikmati oleh pengunjung melalui kegiatan penyelaman dan snorkel bahkan ”sea viewing” setidaknya terdapat 30 lokasi selam yang cukup dikenal yang dapat dipilih oleh pengunjung. Lokasi wisata bahari yang bernuansa lingkungan seperti penyelaman dan snorkel tersebar di pulau wangi-wangi, Kaledupa, Hoga, Tomia, Binongko dan di sekitar pulau-pulau kecil yang terletak jauh dari kawasan timur taman nasional wakatobi. Upaya pengelolaan objek wisata laut yang berorientasi pada lingkungan di kawasan konservasi laut ini masih sangat terbatas. Beberapa pengunjung datang hanya untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengaturan pengunjung yang sudah relatif berjalan baik baru terbatas dilakukan di pulau Hoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun