Mohon tunggu...
Anjar Novitriani
Anjar Novitriani Mohon Tunggu... -

student in islamic university maulana malik ibrahim malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Filsafat Manusia

13 Mei 2014   00:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:34 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MENGENAL FILSAFAT MANUSIA

Filsafat berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan “cinta kearifan”.Dan objek yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Filsafat menyoroti objek apa saja yang dapat dicari kebenarannya. Filsafat awal berorientasi pada pencarian konsep asal mula alam semesta. Pada abad pertengahan, pemikiran filsafat didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris. Dan pada abad modern, pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia sebagai corak pemikirannya, atau yang biasa disebut corak pemikiran antroposentris.

Kemudian muncullah antropologi filsafat yang juga dikenal dengan filsafat manusia yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Jika dilihat dari objek materialnya, dapat dikatakan bahwa kedudukan filsafat manusia kurang lebih sejajar dengan ilmu-ilmu tentang manusia. Karena filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia pada dasarnya bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi manusia. Namun sebenarnya ada perbedaan yang mendasar dari filsafat manusia dan ilmu-ilmu tersebut. Perbedaan itu terlihat mencolok pada metode penelitiannya. Jika filsafat manusia tidak membatasi dirinya pada gejala empiris, maka ilmu-ilmu tentang manusia mendasarkan penyelidikannya pada gejala empiris, yang bersifat objektif dan bisa diukur dan gejala itu kemudian diselidiki dengan menggunakan metode yang bersifat observasional dan/ atau eksperimental. Ilmu-ilmu tentang manusia terbatas pada aspek-aspek tertentu dari manusia dan tidak dapat menjawab pertanyaan mendasar tentang Apakah esensi atau hakikat manusia itu bersifat material atau spiritual? Sehingga disinilah peran filsafat manusia dalam membahas dan mencari jawaban mengenai hakikat dan esensi manusia.

Filsafat manusia memberikan penjelasan intensif atau mendasar mengenai manusia. Filsafat sendiri adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti, hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. Dan hubungannya dengan filsafat manusia dapat dikatakan bahwa filsafat manusia hendak mencari inti, hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi kenyataan manusia, baik yang tampak pada gejala kehidupan sehari-hari (prailmiah), maupun yang terdapat di dalam data-data dan teori-teori ilmiah. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa filsafat manusia adalah gambaran menyeluruhatau sinopsis tentang realitas manusia.

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang otonom, pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonik jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat. Ketika mendengar kata manusia, kita mungkin tak terlalu memperhatikan siapa itu manusia. Was ist der Mensch und was ist seine stellung im Sein? Siapakah manusia itu dan bagaimanakah kedudukannya dalam realitas atau jagad raya ini? Demikianlah pertanyaan yang meliputi seluruh pikiran para filsuf, termasuk Max Scheler. Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang ada di alam semesta ini. banyak para fisuf yang menyebut bahwa manusia adalah hewan yang berakal (animale rationale). Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Karena saat membahas mengenai apa sebenarnya inti, esensi, hakikat, atau struktur dasar manusia itu kita akan menemukan jawaban beragam dari para filsuf. Misal sistem-sistem besar filsafat Bergson tentang “daya penggerak hidup” (elan vital); filsafat Schopenhauer tentang “kehendak”; filsafat Hegel tentang “Roh”; filsafat Cassier tentang “animal symbolicum”; filsafat para maerialis tentang hakikat “materi” dan sebagainya. Namun pada dasarnya kesemuanya itu merujuk pada esensi dari manusia itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA :

Abidin, Zainal. Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.

Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun