Langit sore seakan kelabu. Aku mulai bertanya-tanya. Pernahkah kalian merasa hilang? Aku mengalaminya. Aku kehilangan diriku, atau mungkin tersesat dalam kesibukan pencarian jati diri yang membanggakan. Gelisah yang tak lagi dapat kukendalikan. Tak kunjung juga kutemukan pojok pelampiasan. Aku mulai mempertanyakan keberadaan orang-orang di sekitarku. Mungkin juga aku terlalu tamak. Aku serakah dan buta bahwa aku sudah memiliki segala sesuatunya, hingga Tuhan menghukumku dengan mengambil salah satunya. Aku ingin menangis tapi apakah itu bisa menolong? Apakah semuanya akan kembali seperti semula?
“Rin,” panggilnya membisik di telingaku.
“Apa?” tanyaku seraya menatap ke dua bola matanya yang dalam.
Ia tampak tenang dengan setelan casual putihnya. Aku menunduk malu. Lalu, ia mengambil kedua tanganku menarikku mendekat kepadanya. “Jangan khawatir, manusia memang seperti itu,” tuturnya pelan. Aku mendongak ke arahnya.
“Bagaimana maksudmu?”
“Manusia datang dan pergi. Kepada mereka yang dicintai banyak orang, kepada mereka yang dibenci banyak orang”
Aku dibenci? Amarah mulai menguasai diriku. Aku menahan itu. Menarik seulas senyum di bibirku, lalu menatapnya lekat.
“Manusia mengingat 1 kesalahan lalu meninggalkan 1000 kebaikan,” kataku.
Ia tampak tercekat. Lalu, memelukku erat-erat.
“Kamu bukan buruk rupa,hanya saja kesepian”
Ya Tuhan, dia melontarkan kata-kata itu dengan mudah. Sungguh aku hanya benci untuk mengakuinya. Kenyataan bahwa aku sendiri sulit untuk memahami diriku. Sulit untuk menerima orang lain. Aku mungkin ditinggalkan, tapi sungguh tak ingin aku berhenti bersyukur karena dirinya ada di sampingku. Seorang yang bahkan tidak pernah terpikirkan untuk hadir di hidupku, seorang yang kini tidak bisa kubayangkan jika lenyap dari sisiku.