Mohon tunggu...
Novita Suci Ramadhani Lubis
Novita Suci Ramadhani Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area

Suka Menonton Film Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Film

Dampak Kekerasan dan Kesehatan Mental Remaja pada Film Vina: Sebelum 7 Hari

11 Juli 2024   17:22 Diperbarui: 11 Juli 2024   17:47 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film "Vina: Sebelum 7 Hari" memicu berbagai reaksi dan kontroversi di media sosial seperti X, Instagram, TikTok, serta di media berita. Reaksi publik beragam, mulai dari mereka yang merasa film ini menggugah emosi dan menyadarkan tentang isu kekerasan terhadap perempuan, hingga mereka yang mengkritik penggunaan stereotip dan eksploitasi isu sensitif. Kontroversi  utama  yang  muncul berkaitan  dengan  adegan  kekerasan  yang  dianggap terlalu eksplisit dan tidak selalu relevan dengan perkembangan cerita. Selain itu, representasi isu seksualitas dan privasi korban dikritik karena dinilai tidak menghormat ingatan dan martabat almarhumah Vina.


Tragedi Vina Cirebon, seorang gadis berusia 16 tahun telah menjadi korban pelecehan seksual dan pembunuhan begitu brutal oleh 11 orang dari geng motor Cirebon, sehingga kasus ini menjadi kasus yang keji terjadi pada tahun 2016. Di tengah gelombang kesedihan dan kemarahan, media massa memainkan peran yang semakin penting dalam menyebarkan informasi dan membentuk pandangan masyarakat. Namun, penekanan yang diberikan oleh media dalam kasus ini menjadi sorotan tajam karena dianggap tidak hanya sensasional, tetapi juga eksploitatif.


Setelah kepolisian menyelidiki kasus ini sehingga ditemukannya 8 pelaku yang berhasil ditangkap, namun pihak kepolisian belum berhasil menemukan 3 pelaku lainnya. Delapan tahun sudah dari kasus ini, pada 2024 kasus ini kembali ramai diperbincangakan publik lagi karena kasus Vina yang belum terselesaikan dijadikan film oleh sutradara bernama Anggy Umbara. Ia mengatakan bahwa tujuan membuat film ini untuk mengingatkan betapa kejamnya kekejian para pelaku terhadap korban dan ia pun berharap semoga tidak ada lagi Vina Vina lainnya. Film ini pun sudah disetujui oleh keluarga korban. Pada 8 mei 2024 lalu film ini telah tayang di seluruh bioskop di Indonesia. Judul film ini yaitu "Vina : sebelum 7 hari" dan bergenre horor.

 
Sinopsis dari film ini hampir mirip dengan kejadian aslinya, bahkan nama tokoh pun sama persis dengan aslinya. Namun film ini menjadi kontroversi dan menjadi perdebatan publik, pasalnya di dalam film diperlihatkan dengan jelas adegan dimana korban disiksa dan dilakukannya kekerasan seksual. Masyarakat menilai film ini sangat tidak layak ditayangkan karena dianggap tidak etis dan tidak menghormati korban yang sudah tiada. film ini juga mendapat kritik dari para pengkritik film bahwa film ini melanggar etika dan tidak bermoral. Bahkan, film ini sempat terancam diboikot karena dinilai mengeksploitasi sebuah peristiwa.


Film ini menginspirasi para penonton agar lebih berhati-hati dan selalu waspada terhadap lingkungan yang ada di masyarakat. Film ini juga mengajak kita untuk selalu menjaga keamanan ketika berada diluar rumah. Apalagi dengan marak nya kasus seperti begal, perampokan, pelecehan, dan lainnya. Betapa menyedihkan ketika kita menonton film "vina : sebelum 7 hari" sangat sadis dan membuat para penonton juga ikut merasakan ketakutan, trauma, dan berdampak kekerasan dan gangguan mental pada remaja.


Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Dampak dari perkembangan zaman, berimplikasi kepada perkembangan anak dan remaja. Masa remaja adalah masa transisi menuju  dewasa. Pada masanya, remaja akan mengalami perubahan fisik maupun mental remaja untuk mencapai kesehatan mental. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Gangguan jiwa tidak boleh diremehkan, karena jumlah kasusnya saat ini masih cukup mengkhawatirkan.


Gangguan mental tetap bisa menyerang siapa saja. Namun, risikonya lebih kecil serta peluang kesembuhannya lebih besar pada orang yang memiliki sahabat sejak remaja. Hubungan teman sebaya bisa memiliki pengaruh yang positif dan negatif pada remaja. Kebutuhan akan penerimaan oleh teman sebaya dan keinginan untuk masuk ke dalam kelompok menjadikan remaja masuk dalam kelompok yang membuat remaja berperilaku sesuai dengan norma dan nilai kelompoknya, termasuk perilaku berisiko yang dapat menyebabkan masalah pada Kesehatan jiwanya. 


Hal ini berarti bahwa pada remaja, kelompok teman sebaya merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang memiliki peranan penting bagi mereka selain dari orang tua. Karena remaja lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah dengan teman sebayanya, sehingga dapat dibayangkan sikap, percakapan,  minat, penampilan, dan perilaku teman sebayanya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun