Mohon tunggu...
Yulia Novitasari
Yulia Novitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mendengarkan musik, membaca, menonton

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Dilema Etis Advokat dalam Membela Klien yang Diketahui Bersalah

22 Desember 2024   18:47 Diperbarui: 22 Desember 2024   18:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Profesi advokat sering kali dihadapkan pada kondisi yang menantang secara etis dan moral, khususnya ketika mereka berkewajiban membela klien yang mereka ketahui bersalah. Dilema ini menimbulkan ketegangan antara tanggung jawab profesional dan nilai-nilai moral pribadi, yang memerlukan pemikiran yang cermat dari berbagai perspektif etika hukum dan keadilan.

Kewajiban Profesional vs Moralis Personal

Dalam sistem peradilan, setiap terdakwa memiliki hak konstitusional untuk mendapatkan pembelaan hukum yang kompeten, tanpa memandang apakah mereka bersalah atau tidak. Advokat, sebagai petugas pengadilan, memiliki tanggung jawab untuk memberikan pembelaan terbaik bagi kliennya. Namun, ketika seorang advokat menyadari bahwa kliennya bersalah, timbul konflik batin yang mencakup kewajiban profesional dan nilai-nilai moral individual.

Seorang advokat mungkin mengalami pergelutan batin ketika harus membela individu yang terlibat dalam tindakan kriminal yang serius. Di satu sisi, mereka terikat oleh sumpah profesi dan kode etik untuk memberikan pembelaan yang maksimal. Di sisi lain, terdapat pertimbangan moral mengenai apakah tindakan membantu seseorang yang bersalah menghindar dari konsekuensi hukum adalah tindakan yang dapat dibenarkan secara etis.

Peran Penting dalam Sistem Peradilan

Meskipun tampak paradoks, pembelaan terhadap terdakwa yang bersalah memiliki peranan krusial dalam menjaga integritas sistem peradilan. Pembelaan yang kompeten menjamin bahwa: Pertama, proses hukum berlangsung sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga dapat mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh negara. Kedua, hak-hak konstitusional terdakwa tetap dilindungi, termasuk hak untuk tidak memberikan kesaksian yang dapat memberatkan diri sendiri. Ketiga, jaksa penuntut umum diwajibkan untuk membuktikan kesalahan terdakwa di luar keraguan yang wajar.

Batasan Etis dalam Pembelaan

Walaupun advokat memiliki tanggung jawab untuk membela kliennya, terdapat batasan etis yang wajib dipatuhi. Advokat tidak diperkenankan untuk: membuat pernyataan yang tidak benar di pengadilan atau menghadirkan bukti palsu, serta dilarang untuk membantu klien dalam merekayasa kesaksian atau menghancurkan bukti. Lebih lanjut, advokat juga tidak boleh secara aktif menyesatkan pengadilan dengan memberikan informasi yang mereka ketahui tidak benar.

Strategi Mengatasi Dilema

Dalam menghadapi dilema etis ini, advokat dapat mengadopsi sejumlah pendekatan profesional. Mereka dapat memfokuskan perhatian pada aspek prosedural dan teknis dari kasus tersebut, memastikan bahwa hak-hak klien terlindungi dan proses hukum berjalan dengan semestinya. Advokat juga dapat mempertimbangkan negosiasi pembelaan (plea bargaining) jika hal tersebut menguntungkan bagi klien dan sistem peradilan.

Adalah penting bagi advokat untuk menyadari bahwa peran mereka bukanlah untuk menghakimi klien, melainkan untuk memastikan bahwa sistem peradilan berfungsi dengan baik. Mereka dapat memusatkan pembelaan pada upaya memastikan bahwa hukuman yang dijatuhkan bersifat proporsional dan mempertimbangkan semua faktor yang meringankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun