Pandemi Covid-19 yang melanda dunia menimbulkan banyak dampak bagi kehidupan termasuk keluarga berencana secara global. Penelitian terbaru yang dilakukan UNFPA bersama Avenir Health, Universitas Johns Hopkins, dan Victoria University edisi 27 April 2007, meninjau jutaan perempuan yang tinggal di 114 negara untuk melihat sejauh mana pandemi Covid-19 berdampak pada kesehatan reproduksi.Pandemi COVID-19 meninggalkan banyak pelajaran.Tidak pernah terbayangkan bahwa kita akan menghadapi pandemi yang akan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, jumlah infeksi COVID-19 terus bertambah, meski sudah setahun epidemi. Per 25 Februari 2021, data menunjukkan bahwa dari 1.314.634 kasus terkonfirmasi COVID-19, 270.000 kasus positif meninggal (Gugus Tugas COVID19, 2020).Â
Untuk Indonesia, studi terbaru yang dilakukan UNFPA Indonesia menemukan bahwa alat kontrasepsi berkontribusi menekan angka kematian ibu hingga 40 persen. Namun karena pandemi Covid-19, situasi ini menyebabkan dampak potensial, salah satunya mengganggu pengadaan dan distribusi kontrasepsi. Hal ini terutama terjadi karena dilakukannya lockdown atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Faktanya, lockdown atau isolasi juga meningkatkan kegiatan seksual di rumah tangga. "Dampaknya terjadi peningkatan risiko kehamilan yang tidak diinginkan," jelasnya. Di Indonesia sendiri, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 hingga kini, menyebabkan penurunan penggunaan kontrasepsi di masyarakat. Hal ini berdampak pada 420 ribu kehamilan tidak direncanakan.Â
Selain dampak langsung dari pembatasan sosial terhadap akses alat kontrasepsi, kesulitan distribusi global juga dapat menyebabkan kelangkaan alat kontrasepsi di seluruh dunia. Diperkirakan 2.000.000 perempuan akan memiliki akses ke kontrasepsi modern, blokade atau PSBB yang akan diperbarui setiap tiga bulan. Jika larangan itu berlangsung selama enam bulan, 47 juta wanita di 114 negara berpenghasilan rendah dan menengah akan kesulitan mengakses alat kontrasepsi modern. Menurut perkiraan Dana Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), ini akan menyebabkan 7 juta kehamilan yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, analisis demografi sangat penting untuk memahami pandemi COVID-19, terutama ketika merumuskan kebijakan dan menangani distribusi kasus (Balbo dkk., 2020; Kalabikhina, 2020; Das BM ). , Tahun 2020). Dari 4.444 faktor demografi yang ditemukan terkait dengan pandemi COVID-19, setidaknya ada tiga lagi: kematian, kelahiran, dan mobilitas. Menurut dari segi kuantitas untuk memetik Bonus Demografi memang tidak perlu dikhawatirkan karena melalui proses yang sangat panjang Ini adalah proses yang sangat panjang, karena angka kelahiran turun dari 5,6 menjadi 2,4 pada tahun 1970. Ini sangat berharga. Yang menjadi perhatian adalah kualitas sumber daya manusia di Covid-19. 19 pandemi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah penduduk Indonesia, khususnya kehamilan tidak disengaja (KTD). KTD dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain stunting, kematian ibu dan anak, dan masalah masa depan lainnya. Anda bisa menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mendapatkan bonus demografi. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya lonjakan kelahiran bayi atau baby boom pasca pandemi Covid-19. Untuk itu BKKBN melakukan sejumlah upaya untuk memastikan keberlangsungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi selama masa pandemi. Antara lain dengan pelayanan KB bergerak seperti mengunjungi pasangan usia subur. Pembuatan skala besar dalam bentuk video blog dengan memanfaatkan peran Penasehat Keluarga Berencana (PKB), menarik selebriti, bekerja sama dengan bidan untuk layanan KB, dan mendorong rantai pasokan alat kontrasepsi gratis kepada narapidana. Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan APD, masker dan tetap mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan selama pandemi dengan tetap menjaga jarak fisik. Berkat upaya tersebut, BKKBN memprediksi fertilitas akan meningkat pascapandemi Covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H