Selain itu juga Korea Utara memiliki potensi menjadi Negara yang dapat menimbulkan krisis dalam berbagai bidang (keamanan, ekonomi dan kemanusiaan). Jika Korea Utara tak kunjung menghentikan proses pengembangan senjata nuklirnya, hal ini dapat memicu perlombaan senjata (arm race) Â antara Negara yang merasa terancam (Geno Vybra Yoga, 2020)
Sebagai Negara super power Amerika Serikat termasuk salah satu Negara yang sangat mengecam tindakan serta kebijakan pemerintah Korea Utara tersebut, Amerika Serikat juga memiliki tanggung jawab khusus terkait kestabilan keamanan internasional sebagai Negara hegemoni dunia. Amerika Serikat juga tidak dapat lagi mentoleransi pengembangan senjata nuklir Korea Utara karena tindakan ini mengakibatkan ancaman keamanan yang sangat besar bagi dunia internasional.Â
Meskipun pihak Korea Selatan mengklaim bahwa pengembangan senjata nuklir di negaranya sebatas untuk perlindungan (proteksi) dan pencegahan terhadap ancaman dari Negara lain, tetapi pada kenyataannya nuklir yang dikembangkan di Korea Utara telah menimbulkan kecemasan yang sangat besar dan mengancam keamanan Amerika Serikat itu sendiri.Â
Kecemasan yang timbul bukan hanya sekedar potensi penyerangan dan pelucutan senjata nuklir Korea Utara yang dapat kapan saja dilakukan, namun juga kecemasan terhadap organisasi criminal dan terrorisme yang dapat saja bekerjasama dan mendapat supply senjata nuklir dari Korea Utara yang tentunya sangat berbahaya bagi keamanan internasional (Geno Vybra Yoga, 2020)
Sebagai Negara hegemoni dunia, Amerika Serikat tidak mendapatkan justifikasi terkait dengan senjata nuklir yang sedang dikembangkan Korea Utara  yang melanggar perjanjian NPT pada tahun 1970 tersebut.Â
Dengan alasan tersebut, Amerika Serikat bertujuan untuk melakukan denuklirisasi (penghentian program nuklir) yang dijalankan oleh pemerintah Korea Utara, namun pihak Amerika Serikat sendiri mencegah adanya tindakan penyerangan ataupun paksaan terhadap pihak Korea Utara oleh aktor internasional lainnya guna mengurangi potensi adanya peningkatan konflik yang mungkin terjadi antar pengguna senjata nuklir di dunia.Â
Strategi deterrence Amerika Serikat juga merupakan bentuk pencegahan peningkatan potensi nuclear war yang dinilai hanya akan merugikan banyak pihak, bahkan pihak yang tidak terlibat dalam konflikpun akan terkena dampak dari peperangan tersebut (Sumarni, 2018)
Tindakan-tindakan Amerika Serikat dalam mengimplementasikan strategi deterrence terhadap pengembangan senjata nuklir Korea Utara dilakukan dengan berbagai upaya. Berikut ini upaya-upaya yang telah dilakukan Amerika Serikat sebagai bentuk nuclear deterrence yaitu :
1. Pemberlakuan Embargo Ekonomi sebagai sanksi ekonomi bagi Korea Utara
Amerika Serikat berupaya keras untuk menghentikan program nuklir Korea Utara yang sampai saat ini masih enggan untuk menuruti desakan dunia internasional. Sebagai Negara yang kuat di dunia dan termasuk dalam Dewan Keamanan di PBB, Amerika Serikat mencoba melakukan strategi nuclear deterrence dengan cara memberlakukan embargo ekonomi Korea Utara dan menutup segala akses keunagan yang memungkinkan Negara tersebut mendapat bantuan pengembangan nuklir dari Negara lain sehingga hal ini dapat mempersempit ruang gerak Korea Utara dalam melaksanakan tujuannya mengembangkan senjata nuklir.Â
Pemberlakuan sanksi-sanksi ekonomi yang diterima Korea Utara ini ternyata tidak menyurutkan pengembangan nuklir di Negara tersebut. Di sisi lain, Amerika Serikat meyakinkan Korea Utara agar dapat menjalankan denuklirisasi agar Negara tersebut dapat terbebas dari sanksi-sanksi ekonomi yang memberatkannya. Sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Korea Utara juga melarang dan mengancam setiap Negara lain yang ingin bekerjasama dalam bidang ekonomi dengan Korea Utara.Â