Mohon tunggu...
Novitasari Suyatno
Novitasari Suyatno Mohon Tunggu... -

Potongan-potongan puzzle yang ingin merangkai makna setiap peristiwa melalui kata, dan membaginya untuk semua.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stasiun KRL Jabodetabek, Kini Menjadi Ruang Publik yang Semakin Ramah dan Nyaman untuk Masyarakat

30 September 2015   02:01 Diperbarui: 30 September 2015   02:15 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi masyarakat pengguna jasa transportasi kereta api listrik (KRL) atau yang kini lebih familiar kita sebut Commuter Line (CL), pasti dan mau tidak mau bersinggungan dengan ruang publik yang bernama stasiun. Walaupun stasiun hanyalah sebuah tempat persinggahan sementara atau sekadar ruang terbuka untuk menunggu kereta, namun kenyamanan stasiun sangat didambakan oleh seluruh pengguna jasa transportasi massal ini.

Mari sejenak kita tilik ke belakang, kita lihat kondisi stasiun kereta jabodetabek ini beberapa tahun yang lalu. Dulu, kita tidak asing dengan banyaknya pedagang di dalam lingkungan stasiun, kepulan asap rokok yang menyebar dari berbagai penjuru, toilet yang kotor, akses menuju stasiun yang begitu semrawut dan banyak orang lebih memilih menjamak sholatnya daripada harus salat di mushola stasiun. Intinya, kondisi stasiun beberapa tahun yang lalu itu, jauh dari kata nyaman, dan terkesan menyeramkan.

Tapi kini...

Banyak perubahan yang dilakukan oleh PT KAI beserta jajaran yang terkait. Stasiun-stasiun di kawasan jabodetabek, satu persatu mendapat giliran untuk diperbaiki. Keamanan dan kenyamanan sepertinya mendapat prioritas utama sekarang. Jika kita tengok ke toiletnya, kita pasti akan menemukan petugas yang secara berkala membersihkan toilet stasiun. Begitupula dengan mushola yang diperluas dan lebih dijaga kebersihannya, sehingga kita lebih nyaman untuk beribadah, apalagi jika kondisi stasiunnya sedang lengang.

Jika dulu stasiun terkesan menyeramkan, baik itu oleh pedagang, pengamen, dan pengemis yang kadang memaksa membeli atau memberikan uang, namun kini hal itu tidak akan kita temukan lagi. Lingkungan di dalam stasiun kini menjadi ruang publik yang semakin ramah untuk masyarakat pengguna jasa Commuter Line. Pedagang, pengamen dan pengemis, tidak diizinkan lagi berkeliaran di lingkungan stasiun, karena petugas kemanan stasiun akan mengusir dengan tegas apabila menemukan mereka di area dalam stasiun. Dan yang membuat kita semakin merasa aman, karena akses untuk masuk ke stasiun tidak bisa sembarangan. Kita baru bisa masuk jika sudah membeli tiket.

Lalu bagaimana jika kita lapar, bukankah pedagang dilarang berjualan?

Pihak PT KAI tetap menjalin kerjasama dengan perusahaan ritel-ritel makanan dan ritel mini market tertentu, sehingga kebutuhan pengguna jasa akan makanan, minuman, obat-obatan dan lain-lain tetap dapat terpenuhi di lingkungan stasiun. Walaupun kebijakan pedagang kaki lima dilarang berjualan di dalam stasiun awalnya menebar pro kontra, namun kebijakan ini pada akhirnya dapat diterima apalagi ketika melihat stasiun lebih rapi dan lebih nyaman.

Stasiun sebagai ruang publik juga menyediakan spot-spot tempat duduk di peron-peron stasiun. Sehingga kita tidak akan terlalu lelah jika harus menunggu kereta, atau jika sedang menunggu teman. Selain itu, petugas informasi di stasiun pun tidak pernah lelah mengingatkan para pengguna jasa untuk membuang sampah di tempat yang telah disediakan dan melarang untuk merokok di lingkungan stasiun.

Dengan peningkatan fasilitas, dan layananan di lingkungan stasiun, pastinya membuat masyarakat semakin nyaman naik kereta, dan tentunya stasiun menjadi ruang publik yang tidak sekadar tempat persinggahan sementara, namun bisa digunakan untuk melakukan hal lainnya seperti beribadah, membaca buku dan lain-lain, sebelum melanjutkan ke perjalanan berikutnya. Dan semoga dengan semakin ramah dan nyamannya stasiun bisa menjadi contoh bagi pengembangan dan perbaikan ruang publik di sektor yang lainnya, terutama ruang publik di tengah-tengah kota di tiap daerah di Indonesia yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun