Meskipun dunia saat ini mengalami perkembangan yang pesat, kesenjangan sosial masih menjadi masalah yang signifikan bagi masyarakat internasional. Dalam kehidupan sehari-hari, kesenjangan sosial mengacu pada ketidakseimbangan dalam distribusi objek atau kualitas yang dianggap penting dalam masyarakat yang lebih besar, yang dapat terjadi baik secara individu maupun kelompok. Pada kenyatanyaannya pembangunan ekonomi yang tidak merata di seluruh wilayah atau negara merupakan penyebab munculnya kesenjangan. Hal ini tentu saja memengaruhi kesejahteraan yang ditentukan oleh pendapatan per kapita penduduk yang bervariasi dan bahkan dapat menyebabkan ketidakseimbangan kondisi ekonomi di berbagai wilayah. Aspek yang memprihatinkan adalah bahwa daerah berpendapatan rendah terkadang terabaikan dalam pembangunan ekonomi yang dapat membantu proses mempertahankan taraf hidup penduduk setempat.
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan tujuan pembangunan yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini dan masa depan. Sustainable Development Goals (SDGs) yang dikenal sebagai program pembangunan berkelanjutan terdiri dari 17 tujuan, 169 target, dan 241 indikator kuantitatif dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. Salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan berkelanjutan global adalah berkurangnya kesenjangan, yang merupakan salah satu tujuan SDG nomor 10. Dalam konteks hubungan internasional, teori liberalisme menjadi sangat penting dalam memajukan berkurangnya kesenjangan sosial. Liberalisme menempatkan penekanan kuat pada integrasi ekonomi dan kolaborasi internasional sebagai sarana untuk mendorong dunia yang lebih inklusif. Menurut perspektif ini, organisasi internasional seperti Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sangat penting dalam mendukung inisiatif ini untuk mengurangi kesenjangan antar negara. Dibandingkan dengan negara-negara maju, negara-negara berkembang mendapat manfaat dari peningkatan akses ke sumber daya, teknologi, dan bantuan keuangan melalui kerja sama yang lebih erat, yang meningkatkan keadaan sosial ekonomi mereka dan menurunkan kesenjangan.
Terdapat banyak hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu menargetkan tujuan ini pada tahun 2030. Sebagai contoh, mahasiswa dapat berkontribusi secara aktif dalam penyebaran pengetahuan mengenai SDGs, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesenjangan sosial. Mahasiswa dapat menyebarkan informasi tentang nilai inklusivitas dan solidaritas antara individu dan kelompok masyarakat melalui berbagai saluran, termasuk media sosial dan organisasi kampus. Kedua, dengan bergabung dengan organisasi yang menangani masalah kesetaraan atau pengabdian masyarakat, mahasiswa dapat mengambil bagian dalam proyek sosial yang bermanfaat bagi masyarakat yang kurang mampu.
Selain itu, mahasiswa juga dapat menerapkan kemampuan akademis mereka untuk membuat penelitian yang berfokus pada solusi inovatif untuk mengurangi ketidakadilan sosial. Penelitian ini dapat berupa rekomendasi untuk meningkatkan akses kelompok-kelompok terpinggirkan terhadap pekerjaan, layanan kesehatan, atau pendidikan. Temuan-temuan penelitian ini dapat diubah menjadi kebijakan-kebijakan aktual yang secara langsung memengaruhi masyarakat melalui kerja sama dengan pemerintah daerah atau lembaga non-pemerintah. Dedikasi dan partisipasi aktif generasi muda, khususnya mahasiswa, akan sangat penting untuk mencapai tujuan SDGs dalam mengurangi kesenjangan sosial ekonomi pada tahun 2030 mendatang. Mahasiswa dapat menjadi penggerak perubahan yang berkontribusi pada pengembangan masyarakat yang lebih adil dan inklusif dengan menggabungkan pengetahuan mereka tentang dunia dengan tindakan-tindakan praktis.
Artikel ini sebagai salah satu syarat Tugas I Mata Kuliah Sustainable Development Goals (SDGs) dengan Dosen Pengampu: Fadlan Muzakki, S.IP., M.Phil., LLM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H