Gunung Baluran, yang berada pada lokasi Taman Nasional Baluran, memang tampak kokoh menjulang dengan ketinggian 1.247 mdpl. Namun siapa sangka, Gunung Baluran ternyata tidak bisa dieksplorasi secara umum oleh pengunjungnya. Hal ini karena kondisi alam Baluran masih dapat dikatakan liar, berikut dengan satwa yang tersebar secara bebas di area terbuka Baluran.
Tidak hanya banteng, kijang, merak dan kera, konon keberadaan macan tutul masih dapat diketahui ketika senja menjelang. Hal ini tentu dapat membahayakan bagi para eksplorer yang hendak menjelajahi seluruh area di Taman Nasional Baluran. Apalagi tanpa disertai pemandu yang berpengalaman dalam bidangnya.
Terlebih karena adanya peraturan bahwa Gunung Baluran hanya boleh didaki oleh para peneliti secara resmi. Jadi, untuk para pendaki umum memang tidak diperkenankan. Tak lain demi menjaga kelestarian alam Savana Bekol dari kerusakan lingkungan, yang kerap terjadi oleh tangan jahil wisatawan.
Diceritakan bahwa, track pendakian Gunung Baluran juga memiliki spot ekstrem yang sulit dilalui oleh pendaki amatir. Apalagi ada banyak jurang yang menjadi area lintasan dengan kontur yang lembab. Jika musim penghujan tiba, area pendakian semakin licin dari biasanya, inilah yang menjadikan tracking di area ini harus ekstra hati-hati dengan stamina yang terjaga.
Di area puncak Gunung Baluran juga sangat eksotik pemandangannya, jika dilihat dari dokumentasi yang tersaji di Pusat Informasi Savana Bekol. Terlebih karena banyak pepohonan unik yang jarang ditemui diberbagai lokasi pegunungan lain, seperti pohon Mimosa yang memiliki bunga indah.
Namun, dibalik keindahan alamnya, ada beragam kisah mistis yang menyertainya. Hal ini dapat diketahui dari cerita masyarakat setempat, yang juga beraktifitas dalam sektor ekonomi di sekitar Savana Bekol, Baluran. Apalagi kisah misteri Alas Baluran yang melegenda, dimana waktu menjelang senja merupakan titik balik kehidupan gaib dikatakan mulai menampakan aktivitasnya.
Seorang pedagang minuman pun menceritakan, bahwa kera-kera gaib mulai muncul ketika magrib menjelang. Mereka selalu mengganggu para pengunjung yang telah berbuat tidak baik selama di Bekol. Khususnya bagi pengunjung yang bersikap tidak senonoh atau mengkotori lingkungan kekuasaan Raja Kera Siluman.
Terlebih fakta unik yang juga diceritakan penjaga Taman Nasional Baluran, tatkala hujan turun hanya dilokasi tertentu. Padahal kala itu cuaca tengah terik-teriknya. Bumbu-bumbu kisah mistis yang berbau mitologi juga sering diceritakan oleh masyarakat disini. Seperti kawasan Kerajaan Kera, yang tidak boleh dilalui atau dieksplorasi.
Apalagi di sekitar Bekol juga dikenal memiliki kisah mistis lain, seperti di area Curah Tangis, yang sempat viral karena berasal dari kisah di masa Pemberontakan PKI tahun 1965. Jika pengunjung seketika mencium aroma bangkai yang menyengat, tentu ada baiknya berdoa untuk keselamatan agar dapat menjauhkan diri dari marabahaya.