Sejarah Indonesia mencatat, bahwa pada awal mula kedatangan bangsa asing ke wilayah Nusantara berawal dari kisah ekspedisi dari Negara Portugis. Dimana kala itu ekspedisi Portugis dimotori oleh seorang penjelajah bernama Alfonso de Albuquerque. Tepatnya pada tahun 1511, armada besar Portugis berhasil menaklukkan Selat Malaka dari kekuasaan kesultanan atau kerajaan disekitarnya.
Malaka kala itu memang dikenal sebagai sentra perdagangan dunia, yang kaya akan transaksi rempah-rempah dan hasil bumi lainnya. Tak terkecuali bangsa-bangsa Eropa, yang sangat gemar mengkonsumsi rempah. Maka tidak heran, jika area Selat Malaka kerap menjadi arena perebutan antar penguasan, dan bahkan negara dunia.
Keberhasilan Portugis menguasai jalur perdagangan memang memberi ruang terbuka untuk rute penjelajahan di Indonesia Timur, seperti Maluku dan Flores. Kala itu wilayah Indonesia Timur memang dikenal dengan komoditi pala dan cengkeh terbaik dunia. Namun, kedatangan bangsa Portugis ini diikuti oleh negara-negara Eropa lainnya. Seperti Belanda, Spanyol, dan Inggris.
Tujuannya mereka sama, yakni mencari rempah-rempah dan menguasai perdagangan penting di wilayah baru. Patut diketahui, bahwa kala itu di wilayah Nusantara telah banyak berdiri Kesultanan Islam yang besar. Seperti Pasai, Perlak, Demak, Banjar, hingga Makassar.
Terlebih ketika Vasco da Gama berhasil memimpin ekspedisi bangsa Eropa ke wilayah Nusantara untuk membuka jalur perdagangan baru. Dimana tujuannya tentu saja, memutus hubungan dagang dan diplomatik dengan bangsa Arab ataupun China. Portugis juga tidak segan mendirikan benteng-benteng pertahanan di daerah yang berhasil mereka kuasai. Nah, inilah yang jadi pemicu konflik.
Konflik yang kerap menjadi pertempuran antar penguasa setempat dengan bangsa asing. Karena sistem monopoli perdagangan yang tidak dapat diterima dengan baik oleh para pedagang di Nusantara. Maka tidak heran, jika pada abad ke 16, pengaruh Portugis mulai berkurang, seiring jatuhnya Sunda Kelapa ke tangan pasukan Kesultanan Banten dan Cirebon.
Tetapi, pengaruh Portugis di Indonesia Timur masih terus terjadi, hingga kedatangan bangsa Spanyol dan Belanda. Kedua bangsa inilah yang akhirnya memberi tekanan kepada Portugis, dengan meilbatkan penguasa-penguasa setempat. Walaupun pada akhirnya Belanda ditetapkan sebagai pemenang dari perebutan wilayah koloni bangsa Eropa atas wilayah Nusantara.
Ferdinand Magellans bersama rombongan ekspedisi Spanyol tidak dapat mempertahankan wilayah Indonesia Timur, karena Belanda sudah mulai ikut campur dalam wilayah Nusantara. Apalagi Spanyol tidak memiliki pasukan yang kuat kala berhadapan dengan bangsa Portugis. Maka, Belanda dapat mengambil kesempatan atas pertikaian yang terjadi pada dua negara imperialis tersebut.
Disinilah Cornelis de Houtman berhasil memantapkan pengaruhnya di Jawa. Artinya bahwa, rute perdagangan ke wilayah Timur, dapat dipotong oleh Belanda. Karena Sunda Kelapa telah berhasil diambil alih oleh Belanda sejak tahun 1621. Apalagi Belanda juga menggandeng kongsi dagang bernama VOC untuk mengatur segala kebutuhan di wilayah jajahannya.
Seketika itulah, pengaruh Portugis dan Spanyol perlahan mulai hilang. Baik di kawasan Sumatera (Selat Malaka), Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Sunda Kecil. Walau harus menghadapi perlawanan kedaerahan yang sifatnya sporadis. Belanda berhasil menetapkan diri sebagai bangsa yang menguasai Nusantara, atau kelak dikenal dengan nama Hindia Belanda.