Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ki Hajar Dewantara dan Internasionale Kaum Buruh

2 Mei 2023   10:30 Diperbarui: 2 Mei 2023   10:40 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soewardi Suryaningrat (sumber: Chris Lebeau/Magazine de Boekenwereld-wikipedia)

Hari Buruh dan Ki Hajar Dewantara, adalah kisah yang saling terikat satu dengan lainnya. Tak hanya persoalan perjuangan kelas, sejak masa kolonial. Tetapi perjuangan memperbaiki keadaan untuk lebih baik, dalam perpektif ekonomi. Bukan hanya bagi kalangan buruh, melainkan pula bagi para pendidik, yang kala itu dikategorikan sebagai sesama kelas pekerja.

Kelas pekerja yang dimaksud ada dalam konteks pendidikan, perjuangan mengentaskan persoalan pendidikan yang kala itu tengah dikuasai oleh Pemerintah Kolonial. Bagi para guru yang terlibat pada sekolah-sekolah Belanda, kiranya dapat memiliki hak yang sama seperti kaum buruh terhadap para pengusaha kolonial.

Maka, tak heran, jika semangat perjuangan kaum buruh kala itu menginspirasi Ki Hajar Dewantara dalam setiap aktivitasnya. Pun dengan lagu kebangsaan kaum buruh, L'Internationale, yang pernah menjadi lagu kebangsaan Negara Soviet. Dengan identifikasi kaum sosialis yang digambarkan tengah melawan kaum kapitalis.

Juga terhadap bangsa-bangsa yang terjajah, menetapkan lagu L'Internationale sebagai lagu perjuangan yang selalu dibawakan kala bertempur melawan penjajahan. Dimana kemudian Ki Hajar Dewantara mengambil semangat perjuangan dari lagu ini, dengan menggubahnya menjadi bahasa Indonesia. Lantaran lagu ini memiliki lirik asli yang berbahasa Perancis.

Semangat Soewardi Soeryaningrat (nama asli dari Ki Hajar), dalam memperjuangkan hak kemerdekaan tentu menjadi alasan utama ketika menggubah lirik lagu L'Internationale ini. Terjemahan lagu ini kemudian dimuat pertama kali di harian Sinar Hindia yang terbit pada 5 Mei 1920.

Walau dimuat oleh surat kabar Sarekat Islam Merah, dan menjadi lagu wajib organisasi komunis kala itu, Ki Hajar bukanlah sosok yang pro dengan gerakan kelompok komunis. Bukan pula pengurus ISDV ataupun Partai Komunis Indonesia (PKI). Beliau hanyalah pejuang yang peduli dengan perjuangan kaum buruh, dan meluas pada semangat perjuangan menentang penjajahan.

Seperti yang kita ketahui, sejak masa revolusi, organisasi buruh memang memainkan peranan penting dalam perjuangan bangsa. Juga dengan Internasionale gubahan Ki Hajar Dewantara, yang kerap tampil sebagai lagu revolusioner.

Sejarah pun mencatat, bahwa tidak hanya SOBSI (afiliasi PKI) organisasi buruh yang ada kala itu. SBII yang memang berafiliasi dengan organisasi Islam pun berperan aktif dalam perjuangan bangsa. Juga dari kalangan buruh nasionalis, yang tergabung dalam KBKI. Namun, semua tetap berpedoman terhadap Internasionale, walau identik dengan kelompok kiri (komunis).

Sebagai seorang tokoh yang sangat memahami sosialisme, Ki Hajar Dewantara tentu memberi pandangan luas terhadap lirik lagu gubahannya tersebut. Kalimat-kalimat yang tertuang, secara tegas memang menyatakan anti terhadap praktik kolonialisme dan imperialisme bangsa asing di Indonesia. Tak luput dari semangat perjuangan kelas dan humanisme internasional.

Maka wajar, jika ada yang mengkaitkan beliau sebagai seorang yang pro terhadap gerakan kaum kiri. Namun patut dipahami pula, bahwa apa yang telah diperjuangkan oleh beliau, semata-mata hanyalah upaya melawan penjajahan melalui sebuah karya. Berikut adalah lirik lagu Internasionale karya Ki Hajar Dewantara:

Bangunlah kaum yang tertindas!

Bangunlah kaum yang lapar!

Kehendak yang mulya dalam dunia,

Senantiasa bertambah besar!


Lenyapkan adat dan paham tua,

Kita rakyat, Sadar! Sadar!

Dunia sudah berganti rupa,

Untuk kemenangan kita!


Perjuangan penghabisan!

Kumpullah melawan!

Dan Internasionale,

Pasti di dunia!


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun