Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Aksi Sarwo Edhie Wibowo Mertua SBY dalam Menumpas PKI

8 Maret 2023   06:00 Diperbarui: 8 Maret 2023   06:34 1660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soeharto bersama Sarwo Edhi Wibowo (sumber: arsip Perpusnas/IPPOS)

Mungkin kita hanya mengenalnya sebagai sosok tentara yang namanya sering dipakai di markas-markas TNI. Khususnya Kopassus, yang sangat identik dengan sosok berikut ini. Yap, beliau adalah Sarwo Edhie Wibowo, seorang tokoh militer yang namanya kerap hadir pada kisah sejarah Indonesia. Yakni pada era 1965 hingga 1967an.

Kita ketahui bersama, bahwa pada tahun 1965 silam, telah terjadi upaya kudeta yang dilakukan oleh kelompok komunis (PKI) dengan pimpinannya, D.N. Aidit. Dimana peristiwa yang menggemparkan adalah, ketika para perwira TNI diculik dan dibunuh oleh pasukan Cakrabirawa pimpinan Untung Syamsuri, yang kala itu diidentifikasi sebagai salah seorang kader komunis.

Sebenarnya keterlibatan PKI bukanlah plot twist pada peristiwa ini. Kuncoro Hadi, dkk, dalam buku "Kronik '65" telah mengupasnya secara detail, bagaimana keterlibatan para tokoh PKI dalam tragedi berdarah ini. Apalagi disebutkan telah direncanakan dengan tugas dan peranannya masing-masing oleh setiap tokohnya yang terlibat.

Sarwo Edhie Wibowo, adalah seorang pejuang yang besar pada era revolusi fisik Indonesia. Tepatnya pada tanggal 25 Juli 1925 di Purworejo, Jawa Tengah. Sejak usia muda, beliau memang mengagumi dunia kemiliteran dengan berbagai sepak terjangnya. Namun cita-citanya baru terwujud ketika Jepang membuka pendaftaran bagi prajurit PETA.

Hingga saat kemerdekaan Indonesia diraih, Sarwo Edhie Wibowo langsung terlibat dalam kesatuan BKR. Kelak BKR ini akan berubah nama menjadi TNI. Dibalik semua itu, ada sosok Ahmad Yani, yang merupakan teman sekampungnya, mendorong beliau untuk terus berkiprah di dunia militer. Yakni pada kesatuan tempur Divisi Diponegoro, yang kala itu bermarkas di Jawa Tengah.

Pada tahun 1962, Sarwo Edhie Wibowo pun ditarik ke kesatuan RPKAD di Jakarta, tepatnya di Jakarta Timur. Hingga pada tahun 1964, beliau akhirnya menjabat sebagai Komandan RPKAD. Fyi, kesatuan RPKAD ini adalah cikal bakal Kopassus yang kini kita kenal. Nah, pada tahun 1964, kita pun tahu bahwa kondisi politik Indonesia memang tengah panas-panasnya.

Lantaran adanya pengaruh kuat dari kelompok komunis yang hendak mendominasi di Pemerintahan kala itu. Berbagai kebijakan yang dianggap merugikan TNI pun ditentang oleh para punggawanya, seperti A.H. Nasution dan Ahmad Yani. PKI kala itu hendak mempersenjatai Angkatan ke-5 (buruh dan tani) yang berada di barisan pendukungnya.

Bahkan pada tanggal 1 Oktober 1965 terjadi aksi penculikan yang disertai pembunuhan kepada para perwira TNI, termasuk Ahmad Yani, sahabat karibnya. Nah, mengetahui perihal terjadinya upaya pemberontakan itulah, maka Sarwo Edhie Wibowo yang markasnya dekat dengan Lubang Buaya (Jakarta Timur) bergerak secara taktis.

Sarwo Edhie Wibowo langsung berkoordinasi dengan Soeharto, yang kala itu tengah berada di markas KOSTRAD. Koordinasi untuk merebut RRI dan Kantor Telekomunikasi yang sempat dikuasai oleh pasukan komunis pun berjalan lancar. Pasukan RPKAD dengan gemilang mampu mengatasi para simpatisan komunis yang masih bertahan disana.

Esoknya, Sarwo Edhie Wibowo kembali berkoordinasi dengan Soeharto, kali ini ditambah dengan A.H. Nasution, yang selamat dari aksi penculikan. Mereka bertiga berdiskusi mengenai penaklukkan Halim yang diketahui sebagai markas PKI bersama simpatisannya. "Mau bikin semacam Mapanget kedua, ya?", tanya A.H. Nasution kepadanya. "Siap. Begitulah kira-kira Jenderal", jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun