Semua mengenalnya sebagai salah seorang korban dari aksi kekejaman pasukan Cakrabirawa dalam peristiwa September 1965. Sebuah peristiwa yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam aksi coup yang direncanakan, dengan mengatasnamakan Dewan Jenderal.Â
Karel Satsuit Tubun, adalah satu diantara para Pahlawan Revolusi yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Lahir di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928 ini, berangkat menjadi seorang anggota Polisi melalui kesatuan Brigade Mobil (Brimob) di Maluku pada tahun 1951. Selama mengikuti masa dinasnya, beliau pun diminta untuk bergabung dengan kesatuan Brimob di Jakarta, dengan agenda memperkuat militer Indonesia yang tengah memasuki masa konfrontasi dengan pihak asing.
Masa-masa konfrontasi ini memungkinkan seluruh pasukan di daerah disentralisasi untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan di Jakarta. Hingga Presiden Soekarno menetapkan kebijakan Tiga Komando Rakyat (Trikora), Karel Satsuit Tubun pun datang ke Jakarta.
Setiba dinasnya di Jakarta, beliau diamanatkan untuk memberi penjagaan terhadap rumah seorang pejabat Negara bernama J. Leimena di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Sebagai seorang perwakilan dari pejabat Negara, J. Leimena yang kala itu menjabat sebagai seorang Perdana Menteri pun diberi penjagaan khusus.
Selain karena faktor politik yang kian memanas, serta konflik dengan Malaysia, serta sikap "keras" dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Lokasi rumah J. Leimena yang bersebelahan dengan Jenderal A.H. Nasution pun menjadi target dari aksi pasukan Cakrabirawa.
Sedianya, pasukan yang ditugaskan untuk menculik para Jenderal TNI tersebut merupakan sebagian dari rencana coup PKI. Di malam 30 September 1965, kebetulan Tubun bertugas jaga bersama beberapa rekan dinasnya. Pasukan Cakrabirawa yang datang kemudian mengamankan para penjaga di rumah J. Leimena, yakni dengan cara dilucuti persenjataan mereka.
Tetapi malang, dengan keberanian yang begitu tinggi, Tubun enggan untuk menyerahkan senjatanya, dengan sikap angkat senjata menantang pasukan Cakrabirawa yang tengah mengepung kediaman A.H. Nasution. Iapun sempat memberi tembakan perlawanan, namun meleset. Serentetan tembakan kemudian dialamatkan kepadanya, seketika itu Karel Satsuit Tubun pun gugur dengan beberapa luka tembakan.
Walau target yang dituju adalah Nasution, aksi heroik Tubun dalam menantang para pasukan Cakrabirawa tentu menjadi kisah sejarah yang dapat sepatutnya diingat selalu. Tak lain karena kronik peristiwa 30 September 1965, tidak hanya fokus pada aksi penculikan para Jenderal semata, melainkan juga para tokoh lainnya, yang berjuang demi menjaga ideologi bangsa.
Pahlawan bangsa dari Kei pun gugur sebagai salah seorang Pahlawan Revolusi. Makamnya pun terletak bersebelahan dengan makam D.I. Panjaitan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Semoga kita senantiasa dapat terus mengenang perjuangannya demi bangsa dan negara kini. Terima kasih.