Mungkin jarang diketahui bahwa tokoh sekaliber beliau ternyata eksis dibalik usaha-usaha perdamaian dalam Pertempuran Medan Area. Bila di Surabaya ada R.M Soeryo, maka di Sumatera ada Teuku Mohammad Hasan.
Seorang pejuang kelahiran 4 April 1906 di Pidie, Aceh utara, ini memang terlahir sebagai seorang intelektual yang aktif di berbagai organisasi pergerakan. Terlebih pada masa-masa Kebangkitan Nasional. Aktivitasnya di Perhimpunan Indonesia bersama Mohammad Hatta di Belanda, semakin membuat beliau semakin dikenal luas.
Terlebih karena beliau pun aktif dalam organisasi keagamaan, Muhammadiyah di wilayah Aceh usai kembali ke Indonesia. Nah, pada masa ini organisasi Muhammadiyah pun membentuk Aisiyah dan Hizbul Wathan. Hingga di akhir tahun 1942, terdata ada 8 cabang yang telah didirikan di Aceh khususnya.
Selain itu pula, beliau adalah sosok dibalik berdirinya sekolah-sekolah rakyat yang diperuntukkan guna mengurai keterbelakangan pendidikan bagi rakyat kecil (Pusaka). Selanjutnya tentu saja Taman Siswa di Aceh menjadi target utama gerakan pendidikan beliau.
Tetapi, usaha-usahanya sempat tersendat akibat kedatangan Jepang di tahun 1942. Gerak geriknya di dunia pergerakan ternyata membuatnya dilibatkan dalam struktur anggota PPKI pada 7 Agustus 1945. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada akhirnya menempatkan beliau sebagai Gubernur pertama di Sumatera.
Pertempuran Medan Area, menjadikan dirinya berada di barisan depan pertempuran antara Sekutu dengan para pejuang Republik. Beliau tidak gentar sedikitpun dalam upaya-upaya perdamaian guna mengakhiri pertempuran. Walau pada akhirnya, beliau tidak dapat menjamin keselamatan para pasukan Sekutu yang kekeuh bertempur untuk menguasai Medan.
Usai pertempuran di Medan Area berhasil dihentikan, beliau kembali menjabat sebagai Gubernur dengan agenda pemulihan Sumatera pasca perang. Selain mendukung dalam pendirian badan-badan perjuangan rakyat, seperti TKR hingga laskar bersenjata. Sebagai sosok yang sangat disegani, tentu membuat semua elemen perjuangan berada satu komando dibawah koordinasinya.
Hingga adanya aksi Agresi Militer Belanda II yang menduduki serta menangkap Soekarno-Hatta di Jogjakarta, beliau diminta untuk turut terlibat dalam menggagas pendirian Negara Darurat. Bersama Mr. Syafruddin Prawiranegara serta tokoh-tokoh Sumatera lainnya, Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pun dapat berdiri sesuai instruksi Presiden Soekarno pada 22 Desember 1948.
Selama masa bersiap, kiprah beliau tentu tidak diragukan. Baik dalam urusan pertempuran, pemerintahan, bahkan pendidikan dan upaya pemulihan ekonomi. Semua aspek berhasil dijadikan tujuan perjuangannya. Suatu hal yang langka bagi seorang pemimpin kala itu. Sang Harimau Andalas tidak segan keluar masuk hutan dan kota hanya demi menjaga kemerdekaan bangsanya.
Mungkin ada satu yang tertinggal, yakni minimnya diskursus mengenai kiprah beliau dalam panggung sejarah Indonesia. Sekiranya ulasan ini dapat mengingatkan kita, pentingnya mengenang sejarah bangsanya, berikut para tokoh pahlawan bangsa. Terimakasih.