Mohon tunggu...
Nopita Sari
Nopita Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi UIN SUSKA RIAU

الله

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Feminist Leadership, Bisakah Wanita Memimpin?

9 November 2019   09:44 Diperbarui: 9 November 2019   09:46 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terwujudnya peran wanita dalam berkesempatan memegang peranan sebagai kepemimpinan membawa dampak yang mengarah lebih baik bahwa permasalahan akan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, antara perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama dalam mencapai sebuah peran kepemimpinan. Kini perempuan mampu memberikan suara dalam berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan negara yang lebih baik. Tentu hal ini adalah sebuah kebijakan dalam memperoleh manfaat kesetaraan serta adil dari pembangunan. Kini saatnya para wanita maju dan memiliki peran penting dalam kepemimpinan. Tidak salah kan, kalau perempuan menjadi seorang pemimpin?

Banyak contoh pemimpin wanita di dunia yang sukses seperti Cleopatra, begitu juga  dengan Indonesia seperti R.A Kartini dan Megawati Soekarno Putri mereka dapat  menghancurkan mitos bahwa perempuan tak boleh dan tak layak menjadi pemimpin apalagi menjadi presiden. Jadi, pada masa datang kesempatan serupa tetap terbuka bagi wanita. Sesuatu yang tidak pernah dinikmati pencinta demokrasi dan pejuang gender di AS dan Perancis. Mungkin itu salah satu kelebihan Indonesia dari kedua negara adidaya itu.

Kepemimpinan wanita atau feminist leadership memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Menggunakan consensus dalam pengambilan keputusan
  • Menunjukkan kekuatan relasional
  • Mendahulukan pendekatan-pendekatan yang produktif terhadap konflik yang muncul

Thomas dan kilmann merangkul 5 strategi kepemimpinan wanita yang berbeda yang digunakan untuk mengatasi konflik, yaitu:

  • Menghindar
  • Kompetisi
  • Kompromi
  • Akomodasi
  • Mengatasi masalah
  • Membangun suasana kerja yang saling mendukung

Emansipasi vs feminism

Emansipasi adalah proses memperjuangkan persamaan hak.hal itu berarti memberikan dan kebebasan kepada wanita untuk memilih yang sama bagi wanita. Arti dari kebalikan persamaan hak dapat diilustrasikan sebagai berikut: wanita diharuskan bisa melakukan apa yang dilakukan pria, seperti bertinju, angkat besi, binaragawan dan lain sebagainya. Bukan kah pria juga bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan wanita seperti koki, penata rias, designer dan lain sebagainya?

Di Negara-negara maju sekalipun, masih ada perbedaan yang kurang adil bagi banyak wanita yang memilih untuk berkarier sebagai pekerja dan professional. Hal itu terlihat dari hal-hal sebagai berikut:

  • Kurang terwakilinya perempuan ditingkat eksekutif
  • Gaji wanita yang bekerja tidak  setara dengan gaji pria
  • Hambatan-hambatan wanita dalam mencapai kemajuan:
  • Stereotype (stereo tipe)
  • Kurangnya dukungan tempat kerja, budaya dan keluarga
  • Tipe-tipe Kepemimpinan Wanita:
  • Pemimpin tradisional (traditional leaders)
  • Pemimpin masa depan (future leaders)
  • Kepemimpinan delegatif (delegated leadership)
  • Kepemimpina pilihan (elected leadership)
  • Kepemimpinan yang membagikan (shared leadership)
  • Kepemimpinan jarak jauh (leadership at a distance)

Apa yang dapat kita pelajari dari kepemimpinan wanita? Kepemimpinan wanita muncul karena didasari kerinduan akan persamaan diantara pria dan wanita serta keinginan untuk meniadakan ketidakadilan. Kepemimpinan wanita atau feminist leadership tidak mutlak hanya untuk kaum wanita saja. Model kepemimpinan ini dapat diterapkan di berbagai organisasi, baik itu pemimpin wanita ataupun pria.

Kepemimpinan tidak di dasarkan pada jenis kelamin. Setiap orang bisa memimpin, tidak ada perbedaan antara kaum pria dan kaum wanita. Kerena semua model kepemimpinan memiliki tujuan yang sama. Pria dan wanita sama-sama memiliki kompetensi dalam halnya memimpin, hanya saja terdapat perbedaan cara dalam memimpinnya. Untuk itu tidak ada salahnya jika seorang wanita memimpin, selagi wanita bisa mengatasi kewajibannya di rumah dan pekerjaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun