Konflik antara etnis Rohingya dan mayoritas penduduk Myanmar yang mayoritas beragama Budha sampai hari ini masih terus terjadi. Tak terhitung sudah berapa ribu warga Rohingya terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.
Simpati dalam bentuk protes berdatangan dari masyarakat berbagai penjuru dunia, Vatikan, Turki dan tentu saja dari masyarakat Indonesia seperti yang terlihat pada demo rabu (6/9) kemarin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang bergabung dalam Bamus Betawi, FPI, Pemuda Pancasila dan juga banyak lagi dari gerakan-gerakan mahasiswa islam. Demonstarsi di kedubes Myanmar jalan Cik Ditiro dihadiri ribuan orang hingga massa meluber memenuhi Bundaran Hotel Indonesia Kempinski.
Di Myanmar, etnis Rohingya tak pernah diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Pembunuhan dan kekerasan seolah sudah menjadi biasa.
Senada dengan Bang Oding, kordinator aksi Bamus Betawi Bang Boim (M. Ridwan) yang dijumpai di seputaran bunderan HI, seusai orasi mengharapkan agar penghargaan Nobel Perdamaian Dunia segera dicabut dari tangan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi. Bang Boim menegaskan, "Suu Kyi tak pantas lagi mengemban semangat Nobel Perdamaian. Tragedi yang terjadi atas Rohingya menunjukan pada kita siapa sesungguhnya, Suu Kyi. Sudah selayaknya Indonesia secepatnya mengusir pulang Dubes Myanmar dan menarik Dubes kita dari Naypyidaw, ibukota Myanmar!"
*****###*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H