Aaah ... rasanya tidak wajar jika aku selalu memikirkan tentangmu Bagaskara! Kamu yang pernah menjadi bagian penting dalam perjalanan panjangku meskipun kini tinggal kepingan kenangan manis yang tersisa dalam ruang di hatiku.
Bagaskara bagaimana kabarmu sekarang? Aku merindukanmu tanpa kamu tau, aku disini selalu menanti kabarmu. Aku tak akan mungkin bisa membersamaimu dengan kondisiku yang sekarang semakin tak menentu, saat ini aku mencoba untuk mangasuh rasa.
Karena aku sangat tau, kamu adalah sosok lelaki yang selalu memperhatikan wanita dari parasnya dan aku tau kenapa kamu bisa jatuh hati, pada saat pertama kali kita bertemu. Aku ingat sekali, kata-katamu yang menghanyutkanku di malam itu "kamu manis, lesung pipimu sungguh menawan. "Sulit rasanya untuk aku melupakan semua tentangmu yang di kala itu sangat menggilaiku.
Andai saja waktu bisa berputar dan aku memilih untuk berhenti. Sampai detik ini tak akan lesap dalam ingatanku ikrar yang mengikat aku dan kamu saat kita menikmati secangkir teh hangat di teras rumahmu, sore itu. Harumi terpaku melihat foto Bagaskara di galeri handphonenya. Tepat hari ini tanggal 15 Februari 2020, aku dan kamu sudah lima tahun bersama, walaupun berakhir dengan menghilang tanpa kabar, sebercanda itu hubungan kita di mata kamu, kamu yang selalu aku banggakan, kamu yang selalu aku prioritaskan dan kamu yang mendewasakan aku karena rasa sakit ini.
 Tiba-tiba teriakan Ibu mengacaukan lamunan Harumi.
"Apa Buu?" Sahut Harumi.
"Ayolah! makan malam sudah waktunya Rumi, nantik asam lambung kamu kambuh sayang, besok kamu harus cek up kembali ke dokter ortopedi!" Seru Ibu kepada Harumi.
Sembari mendorong kursi roda ke arah Harumi. Ibu menatap wajah Harumi dan bertanya ada apa sayang? Apa yang kamu pikirkan?
Harumi hanya terdiam dan menggelengkan kepala.
"Rumi, Ibu sangat tau bagaimana perasaanmu saat ini! bukan hal yang mudah untuk sebuah penerimaan tapi kamu harus yakin bahwa apa yang saat ini kamu jalani adalah takdir terbaik dari sang pencipta untukmu sayang, Rumi anak yang kuat Ibu yakin kamu bisa melewatinya, Ibu akan selalu ada untukmu." tutur lirih wanita paruh baya itu sambil mengusap pipi Harumi.
Harumi meneteskan air mata lalu mengusapnya, perasaannya begitu pilu, bayang-bayang Bagaskara terus menghantuinya. Harumi tidak mampu lagi menahannya, tangisnya pecah. Ibu memeluk erat Harumi dan menenangkannya, Ibu sayang Rumi.
Rumi berkata "aku takut bu tidak ada lagi orang yang bisa menerimaku."